Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 16 Tahun, Rini Novita Memiliki Tubuh seperti Anak Balita

Kompas.com - 25/09/2014, 13:22 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com — Rini Novita merengek kesakitan. Kaki dan tangannya diikat di tempat tidur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bengkulu Tengah karena dia kerap meronta hingga membuat aliran infusnya terhambat, bahkan terlepas.

Seorang perempuan paruh baya duduk di sebelah Rini sambil terus mengipasi perutnya. Tania, ibunda Rini, mengatakan bahwa putrinya itu tersambar api dari lampu teplok sekitar tiga hari lalu. Saat sang nenek melaksanakan shalat isya, Rini merayap-rayap hingga menyenggol lampu berbahan bakar minyak tanah itu.

"Dia terkena luka bakar karena bajunya tersambar api dari lampu teplok saat Rini ikut neneknya mengambil air sembahyang isya, saat mati lampu," ujar Tania, Kamis (25/9/2014).

Tania mengaku, saat itu ia panik dan langsung memadamkan api dengan menepuk-nepuk baju Rini menggunakan tangannya. Setelah api di baju anaknya padam, barulah dia menyadari bahwa anaknya terkena luka bakar dan kulitnya melepuh di bagian perut, kemaluan, dan paha.

Setelah meminta pertolongan aparat desa dan warga Desa Layang Lekat, Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, tempat di mana mereka berdomisili, Rini pun dibawa ke RSUD Bengkulu Tengah.

Tak ada yang mengira bahwa Rini sudah berusia 16 tahun. Pasalnya, tubuhnya seperti anak balita. Tania mengatakan bahwa anaknya sudah tak mengalami pertumbuhan lagi sejak berumur tiga tahun.

"Sejak bisa berjalan, dia malas makan. Masuk umur tiga tahun, dia tidak membesar dan terus seperti anak kecil. Sampai sekarang, tidak bisa berbicara," ungkap perempuan yang tak lancar berbahasa Indonesia itu.

Tania menuturkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa anaknya mengidap down syndrome atau kelainan pembelahan sel tubuh "non-disjunction" yang disebabkan kelainan kromosom.

Menurut Tania, teman-teman seusia Rini yang tinggal satu desa dengannya kini rata-rata duduk di bangku SMA.

"Rini anak saya satu-satunya, titipan Tuhan paling berharga. Sejak (saya) bercerai, kami di rumah tinggal bertiga dengan neneknya. Sehari-hari saya menggarap kebun kopi. Ini sudah takdir saya ikhlas menerimanya. Saya hanya berdoa semoga Rini cepat sembuh dan pulang dari rumah sakit," kata Rini sambil mengusap kening buah hatinya itu.

Tania mengaku dia memiliki sedikit ladang kopi yang dikelolanya sebagai sumber mata pencahariannya sehingga mereka bertiga bisa bertahan hidup meski hanya pas-pasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com