Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tidak dapat bertindak karena selalu dihalangi warga yang menuntut pelunasan ganti rugi.
Menurut Humas BPLS, Dwinanto Prasetyo, hingga hari ini, warga masih menolak upaya pembangunan dengan memblokade jalan di titik Tanggul 35 Desa Pajarakan, Kecamatan Jabon; Titik 42 Desa Renokenongo; dan Titik 41 Desa Besuki, Kecamatan Porong.
"Upaya persuasif sampai hari ini tetap kita lakukan agar kami bisa membangun tanggul permanen," katanya, Rabu (10/9/2014) sore.
Kata Dwinanto, luberan lumpur memang kerap terjadi akibat aktivitas semburan lumpur panas.
"Kami tetap berharap agar warga bisa membuka blokade dan kami bisa membangun tanggul permanen," ujarnya.
Seperti diberitakan, sejak tadi pagi, sejumlah rumah warga Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, digenangi lumpur panas PT Lapindo Brantas. Lumpur panas itu menggenangi dapur hingga pekarangan rumah warga. Lumpur panas juga mulai masuk ke Sungai Ketapang sehingga warna air sungai berubah menjadi keruh.
Berdasarkan pantauan, lumpur panas dengan volume yang tidak begitu besar mengalir dari celah-celah endapan lumpur panas yang mengering buatan manusia, dari Tanggul 68 yang berlokasi di sisi utara tanggul utama, tepatnya di perbatasan Desa Kalitengah dan Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.