Di Bengkulu, Lola Amaria Ungkap Beda Sensasi Baca Buku dan "E-book"

"Membaca buku bagaikan berenang di lautan, membawa kita berlayar dari satu benua ke benua lainnya, dari suatu budaya menuju peradaban dunia, itu merupakan titik pengetahuan," kata Lola saat mengikuti Roadshow Perpustakaan Nasional RI 2014 di Bengkulu, Kamis (4/9/2014).

Dia menuturkan bahwa kegilaannya membaca buku bermula dari kebiasaan ayahnya yang rajin membaca koran. Kebiasaan ayahnya itulah memancing rasa ingin tahu apa yang dicari oleh ayahnya itu.

"Saya mulai mengikuti kebiasaan ayah dan mulai ketularan candu hobi membaca," ujarnya.

Hingga saat ini pun, dengan profesinya, Lola bisa menggapai kesuksesan karena gemar membaca buku. Bagaimana dirinya bisa membuat film bertemakan politik, padahal sama sekali tidak memahami dunia itu. Semuanya terbantu lewat buku.

Begitu juga saat Lola membuat film tentang tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong yang berjudul Minggu Pagi di Victoria Park, itu pun harus harus memiliki banyak referensi sebelum memulai syuting.

“Saya ingin berbagi pengalaman kepada masyarakat, khususnya generasi muda bahwasanya apa pun profesi seseorang akan sangat berpengaruh bagi orang lain jika dari awal kita punya minat baca. Saya pun bisa seperti sekarang, jadi produser, bisa membuat film karena saya banyak membaca,” katanya.

Dia juga mengomentari bahwa karena dengan teknologi canggih, peran buku semakin tergeser oleh e-book dengan menggunakan komputer atau gadget. Namun, buku tetap menjadi bacaan favorit.

“Kalau baca buku langsung itu sensasinya beda menurut saya. Kita baca lembar per lembar, terus bukunya juga kita simpan. Setiap buku itu kan beda-beda, dari bentuk, ukuran, sampul. Setiap buku punya ceritanya masing-masing,” ujar Lola.