Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hentikan Kebiasaan Makan Daging Monyet

Kompas.com - 05/08/2014, 19:21 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com — Sekelompok orang yang tergabung dalam FORUM F/21 menyerukan dihentikannya kebiasaan makan daging satwa liar, terutama daging monyet sulawesi. Seruan itu mereka sampaikan dalam Kampanye Gerakan Moral Malo Makang Yaki, Selasa (5/8/2014).

Monyet sulawesi (Macaca sp), yang dalam bahasa lokal disebut yaki, merupakan satwa liar endemik Sulawesi yang semakin terancam punah di habitat aslinya. Berkurangnya populasi monyet ini salah satunya disebabkan masih ada kebiasaan memakan daging satwa yang dilindungi tersebut.

"Kami tergerak untuk mengajak masyarakat menghentikan kebiasaan tersebut. Ini hanya merupakan langkah kecil saja agar suatu saat nanti masyarakat menghentikan perburuan terhadap satwa liar," ujar Stenly Pontolawokang, salah satu Board FORUM F/21.

Kampanye gerakan moral tersebut mereka lakukan dengan cara menempelkan poster-poster yang berisi ajakan menghentikan kebiasaan mengonsumsi daging yaki tersebut di bus-bus jurusan ke Minahasa. "Kami memilih menempelkannya di bus jurusan Minahasa karena wilayah di sanalah kebiasaan itu masih ada," kata Hermondo Kasiadi, peserta kampanye lainnya.

Sementara itu, beberapa warga yang ditemui memberi apresiasi penuh terhadap kampanye yang dilakukan FORUM F/21. Salah seorang calon penumpang jurusan Langowan, Nonce, yang ditemui, berharap agar perburuan satwa dilindungi segera dihentikan.

"Ya, saya malu dengan apa yang terjadi. Banyak masyarakat kita yang gemar makan daging yaki, padahal hewan ini ternyata sudah hampir punah. Bisa-bisa yaki ini akan tinggal kenangan dan satu saat anak cucu kita tidak dapat melihat mereka lagi karena sudah punah. Makanya, segera hentikan perburuan ini," ujar dia.

Koordinator aksi, Denny Taroreh, menjelaskan, salah satu penyebab menurunnya populasi monyet hitam Sulawesi ini ialah karena perburuan yang masih terus berlangsung. "Sebagian masyarakat Minahasa masih memburu yaki untuk dipelihara, bahkan dagingnya dimakan. Yaki yang diburu kemudian dibakar dan dijual di Pasar Kawangkoan, Langowan, Tomohon, dan Minahasa. Ini tentu saja menimbulkan keprihatinan," tutur Denny.

Di habitat aslinya, populasi hewan yang dilindungi ini menurun drastis. Menurut data, populasi yaki menurun 80 persen selama 15 tahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com