Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Padati Kirab Budaya di Pulau Monyet Semarang

Kompas.com - 03/08/2014, 15:28 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com - Ribuan orang dari Kota Semarang dan sekitarnya memadati seluruh sudut pelataran objek wisata Goa Kreo, Semarang, Minggu (3/9/2014) yang terletak di Pulau Monyet di tengah Waduk Jatibarang. Di tempat itu, tengah digelar prosesi adat budaya lokal bernama Sesaji Rewandha sebagai peringatan napak tilas Sunan Kalijaga.

Kirab budaya itu diadakan di Desa Wisata Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Sesaji Rewanda dalam adat ini ditampilkan dalam bentuk gunungan makanan dan hiburan lain sebagai ekspresi syukur warga setempat.

Dalam sesaji itu, ada satu gunungan besar setinggi 3 meter dan tiga gunungan berukuran sedang yang disajikan sebagai sesaji. Selain itu, ada gunungan kecil berjumlah puluhan yang turut disajikan. 

Isi gunungan besar berisi makanan dan lauk yang dibagikan pada pengunjung.

Sementara gunungan sedang berisikan hasil bumi, laiknya jagung, ketela, tomat, apel, kacang tanah, nanas, jeruk, terong, ketimun, gambas, dan hasil bumi lainnya.

Gunungan sedang ini seluruhnya dipersembahkan bagi para monyet yang hidup di Goa Kreo di Pulau Monyet itu.

Ketua Panitia Sesaji Rewandha, Sumanie mengatakan kegiatan itu sebagai sembah syukur kepada Tuhan.

Sementara terkait prosesi sesaji dimaknai sebagai upaya memperingati peran Sunan Kalijaga dalam membangun sebuah masjid di Demak.

"Sunan Kalijaga mengangkat kayu jati besar untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Kayu jatinya dari sini," kata Sumanie, Minggu (3/9/2014).

Dalam kesempatan ini pula, dipersembahkan 'tari semarangan' oleh sembilan orang penari. Penari-penari ini disebut santri cacahsongo yang bermakna melakukan perintah Sunan Kalijaga.

Selain itu, ada dua anak lelaki berlagak seperti monyet. Keduanya dipapah diatas replika kayu jati panjang yang dipikul 10 orang. Anak-anak kecil lainnya terlihat menghias wajahnya dengan cat minyak yang direka seperti halnya seekor monyet.

Puluhan bocah perempuan lainnya berpenampilan menggunakan seragam adat pengantin. Anak-anak itupun kemudian menari lepas seirama dengan alunan suara gamelan. Mereka menari "tari semarangan.

"Adat ini sudah jadi tradisi kami. Kami juga bersyukur kini jadi objek wisata bagi Kota Semarang," paparnya.

Sekretaris Daerah Kota Semarang, Adi Tri Hananto mengatakan tradisi adat Sesaji Rewandha momentum baik karena dibarengkan dengan tradisi Gerebek Syawal. Acara ini pun dikemas sebagai pameran wisata yang diharapkan mampu memberi nilai tambah ekonomi dan sosial-budaya.

Dari sisi ekonomi, bisa menjadi pemasukan bagi masyarakat, sementara secara sosial mampu mempertemukan masyarakat tanpa sekat dan golongan.

"Kami mewakili Pemkot Semarang berjanji tidak akan menghapus budaya ini dan kami jamin tradisi ini untuk jadi bagian adat budaya yang trus berjalan. Sebagai syukuran atas hasil bumi," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com