Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Napi Terorisme di Semarang Tolak Pilih Capres

Kompas.com - 09/07/2014, 13:43 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 17 narapidana terorisme yang ditahan di Lembaga Pemasyakatan (Lapas) Kedungpane Semarang menolak menggunakan haknya untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres ini.

"Saya dengar mereka tidak mencoblos. Ya dari awal mereka sudah tidak sejalan dengan pemerintah," kata Kepala Divisi Pemasyakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, Hermawan Yunianto di Semarang, Rabu (9/7/2014).

Menurut Dia, para napi yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah pilihan narapidana masing-masing. Dia tidak mempermasalahkan masalah itu, dan tergantung pada pribadinya. "Mungkin kalau tidak mencoblos keteguhan imannya masih tebal menolak pemerintah dan negara. Kalau imannya sudah tidak begitu, mereka nanti akan nyoblos," paparnya.

Kepala Seksi Registrasi Lapas Kedungpane Semarang, Ari Nirwanto mengaku telah mendaftarkan seluruh narapidana ke Komisi Pemilihan Umum. Soal mengapa tidak memilih, dikembalikan masing-masing pemilih.

"Semua napi di sini masuk Daftar Pemilih Tetap semuanya. Kami sudah daftarkan, termasuk juga 17 napi khusus terorisme," kata dia.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat meninjau lokasi di Lapas Semarang, Rabu siang, telah dilaporkan panitia pemilu soal tidak memilihnya para napi terorisme. "Tadi dapat laporan ada beberapa napi teroris yang tidak milih, itu hak mereka," kata Ganjar.

Meski mengklaim tidak memilih, sebagian kecil dari napi terorisme menggunakan hak pilihnya. Sisanya, absen dan menolak memilih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com