Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Bersih, Warga NTT Minum Air Bercampur Kotoran Hewan

Kompas.com - 09/06/2014, 19:55 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


ATAMBUA, KOMPAS.com — Warga yang bermukim di Dusun Halimuti, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, terpaksa harus mengonsumsi air kali yang sudah tercemar kotoran hewan lantaran kekurangan air bersih.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak lama, tetapi belum diperhatikan serius oleh pemerintah setempat. Warga Halimuti sebanyak 520 jiwa itu hanya pasrah meminum air kotor meskipun terancam terkena penyakit.

Warga Dusun Halimuti sempat menggali lubang kecil di pinggir kali demi mendapatkan air resapan yang cukup bersih, tetapi tetap saja tercampur dengan kotoran hewan peliharaan yang selalu ada di sekitar kali.

"Kami tidak punya sumur maupun air keran sehingga setiap hari kami ambil air di kali yang juga sudah tercampur kotoran hewan. Air itu kami gunakan untuk pakai minum, masak, mandi, dan cuci," keluh Ketua RT 016 Dusun Halimuti, Gabriel Valente, yang didampingi dua warga lainnya Mama Sili dan Ratna Seran kepada Kompas.com, Sabtu (7/6/2014).

Debit air di kali tersebut, kata Gabriel, hanya cukup bertahan sampai pertengahan bulan Agustus karena setelah itu semua air di kali akan mengering. Kalau sudah kering, warga pun terpaksa mencari air bersih di desa tetangga, tetapi tetap saja tak dapat karena semua sumur mengering dan kotor.

"Kalau air sudah kering di kali, kami bersama warga dusun lain pergi mencari air bersih sampai ke Batu Gade (salah satu wilayah di Timor Leste) yang jarak tempuhnya sejauh enam kilometer. Kadang juga kami hampir ditangkap oleh tentara dan polisi dari Timor Leste karena hanya mengambil air minum di rumah penduduk di Batu Gade," ungkap Gabriel.

Akibat terlalu sering mengonsumsi air kotor di kali, lanjut Gabriel, banyak warga yang terkena penyakit diare, terutama anak-anak.

"Pada dua tahun lalu, banyak anak SD maupun SMP yang kena diare dan beberapa orang sampai meninggal karena terlambat ditolong. Begitu pun pada tahun 2013 lalu, dua orang anak SD meninggal karena diare," ujar Gabriel.

Gabriel pun berharap pemerintah secepatnya memperhatikan masalah yang dihadapi oleh warga yang berada di perbatasan, terutama soal air bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com