Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

”Mama, Kapan Gatal Ini Bisa Sembuh?” (2)

Kompas.com - 28/05/2014, 19:26 WIB

KOMPAS.com -
Krisantus Santria Yordan Tula (11), mengerang saat rasa gatal menyerang bagian kemaluannya (baca juga: ”Mama, Kapan Gatal Ini Bisa Sembuh?” (1). Rasa gatal yang dialami siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Dirun Nuawain, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, ini merupakan potret buram tambang mangan.

Sungai-sungai tercemar sehingga penyakit gatal itu menyerang warga sejak delapan bulan terakhir.


Sungai Welakason yang melalui Lamaknen, yang selama ini menjadi tempat mandi serta bermain Krisantus dan teman-teman, kini berubah menjadi sungai yang menakutkan.

Sungai itu diduga telah tercemar limbah mangan dari PT Nusa Lontar Resources (NLR) meski pihak perusahaan membantah. Jika bukan pencemaran oleh perusahaan itu, penambangan mangan secara liar oleh warga bisa jadi yang menyebabkan rasa gatal pada warga yang terkena air sungai tersebut.

PT NLR menguasai 947 hektar lahan dan sudah dieksplorasi sekitar 15 hektar. Dalam lokasi tambang itu terdapat 18 keluarga warga Dusun Ai Tameak, Desa Sikin. Mereka pun sangat terganggu debu akibat aktivitas alat berat dari perusahaan itu.

Anton Randi Mela (12), siswa SDN Holopura, warga Dusun Fulur, Kecamatan Lamaknen, mengalami sakit yang lebih parah. Bagian sisi kiri tulang kering, samping betis, nyaris putus karena luka parah yang berawal dari rasa gatal. Luka itu berawal saat ia mandi di bagian hilir Sungai Welakason pada September 2013.

Seusai mandi, ia merasakan gatal pada bagian betis sampai tulang kering. Bagian yang gatal itu terus digaruk, menyebabkan bengkak dan mengeluarkan nanah sampai luka. Luka parah yang terbuka lebar itu tidak hanya menyisakan rasa sakit, tetapi juga mengeluarkan rasa gatal yang luar biasa dari luka yang menganga.

Ana Maria Mela (10), adik Randi Mela, mengalami gatal di bagian telinga yang menjalar sampai ke bagian leher. Pada bagian tubuhnya itu muncul bintik hitam yang kemudian bernanah.

Perawat Puskesmas Welulik, Anton Loe, mengatakan, warga enam desa di Lamaknen Selatan mengalami gatal-gatal itu. Tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

”Jika mereka meminum obat dan mengikuti petunjuk dokter secara teratur, rasa gatal itu segera teratasi. Kebiasaan masyarakat, jika mereka mengonsumsi dua-tiga tablet dan belum ada perubahan, langsung ditinggalkan, atau mereka konsumsi, tetapi tak teratur sehingga kuman dan bakteri yang menimbulkan rasa gatal tidak dapat diatasi,” ujarnya.

Ia mengemukakan, gatal-gatal itu sering menyerang warga. Namun, sampai Selasa (27/5), belum ada penelitian mengenai penyebab rasa gatal yang dialami warga. Beberapa kemungkinan penyebab rasa gatal itu di antaranya air sungai yang terkontaminasi virus atau bakteri dan rumput atau pohon tertentu yang memang bisa menyebabkan gatal.

”Saya tidak berspekulasi soal tambang mangan sebagai penyebab karena harus ada pembuktian. Namun, yang perlu segera dibenahi adalah perilaku hidup masyarakat dan kebiasaan mandi atau mengonsumsi air sungai,” kata Anton Loe.


Bersambung: ”Mama, Kapan Gatal Ini Bisa Sembuh?” (3-HABIS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com