Menurut warga Desa Kariango, Aci, Dola hanya mau bertemu dengan orang-orang yang sudah dikenalnya lama, termasuk saudara perempuannya. Padahal, banyak orang yang bersimpati kepadanya dan ingin bertemu langsung dengannya.
"Kalau ada orang yang mau bertemu, dia harus dipandu orang-orang yang dikenal Dola," tutur Aci.
Seperti diberitakan, Dola tinggal di sebuah goa di wilayah Desa Kariango, selama puluhan tahun, sejak kedua orangtuanya meninggal. Meskipun masih memiliki saudara kandung dan kerabat, Dola memilih hidup sendiri di goa itu dengan alasan tidak ingin merepotkan keluarga.
Ketika sudah bertemu, Kompas.com mengalami kesulitan berkomunikasi dengannya karena Dola hanya bisa berbahasa Pattinjo, sebuah bahasa lokal. Dia sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia.
Untuk makan sehari-hari, Dola hanya mengandalkan berkah alam, seperti buah-buahan, dedaunan, pisang, dan sikaporo atau umbi beracun yang tumbuh di tengah hutan. Dia jarang sekali makan nasi, kecuali ada warga yang mengiriminya beras.
Kadang-kadang dia memungut buah-buahan seperti durian, langsat, atau kelapa yang jatuh di kebun warga. Meskipun sebenarnya warga keberatan buah mereka diambil orang, mereka membiarkan saja bila Dola yang mengambil karena merasa iba kepada perempuan itu.
Menurut warga desa, Dola tidak pernah merepotkan mereka. "Biarpun hidupnya tidak menentu, Dola tidak pernah meminta bantuan kami atau mengharapkan belas kasih dari orang lain," ujar seorang warga desa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.