Pria lajang itu menggeluti usaha distributor roti dan telur puyuh. "Selain di sejumlah tempat di Surabaya, Majid juga kerap mengirim barang dagangannya ke Malang," kata Mia, tetangga di samping rumah Majid, Selasa (21/1/2014).
Menurut Mia, Majid dikenal pendiam, tekun, dan taat beribadah. Di rumah berlantai dua itu, Majid tinggal bersama kakaknya yang sudah berkeluarga. "Kakak Majid juga pengusaha, dia berjualan tahu di pasar," terangnya.
Mia mengaku sangat kaget jika Majid disebut anggota jaringan teroris Poso. Apalagi, saat menggeledah rumahnya, polisi juga menemukan rangkaian bom paku. Namun, Mia mengaku tidak mengenal Isnaini Ramdhoni, pria yang ditangkap bersama Majid, kemarin malam. "Kalau Majid asli warga sini, kalau yang satu saya tidak pernah tahu, apalagi kenal," tambahnya.
Abdul Majid, pria kelahiran Surabaya, 18 Oktober 1978, tersebut tercatat pernah mengikuti pelatihan teror di Poso bersama gembong teroris yang masih diburu, Santoso.
Abdul Majid ditangkap bersama Isnaini Ramdhoni, pria kelahiran Probolinggo, 13 Juni 1983, yang tercatat sebagai warga di Jalan Pahlawan Gang Kemiri 51 RT 001 RW 015 Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.
Keduanya diketahui sudah merencanakan pengeboman di Surabaya, di antaranya di kantor polisi serta tempat hiburan malam, seperti Dolar THR, Doly Surabaya, Galaxy di Jalan Pandegeling Surabaya, dan Colour di Jalan Sumatera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.