Kekhawatiran itu salah satunya disampaikan Imam Gunawan (58), seorang peternak unggas asal Desa Blimbing, Kecamatan Besuki. Menurutnya, dalam sepekan terakhir ini, ratusan itik miliknya mati mendadak, dengan ciri-ciri matanya kebiru-biruan.
"Hampir setiap hari, sebanyak 20 hingga 30 ekor itik yang sudah berusia tiga bulan lebih itu mati mendadak. Saya mengalami kerugian puluhan juta. Namun sebelum mati, matanya kebiru-biruan dan berputar-putar. Untuk itu, saya berharap dinas terkait untuk mengantisipasi agar penyakit ini tidak menyebar dan segera diatasi,” pinta Imam, Senin (6/1/2014).
Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Situbondo, drh Gaguk Murdjianto menyatakan, untuk mengantisipasi penyebaran virus mirip H5NI ini, pihaknya akan melakukan pengendalian dengan cara memberikan injeksi pada itik yang sakit.
"Selain itu, kami juga akan melakukan penyemprotan desinfektan ke sejumlah kandang milik para peternak. Bahkan, kami akan melakukan pemantauan terhadap masuknya unggas ke Situbondo. Kegiatan pemantauan dan pengendalian itu akan kami lakukan selama satu bulan ke depan,” terangnya.
Terkait banyaknya kematian unggas, Gaguk menyatakan belum termasuk kejadian luar biasa (KLB) flu burung. "Situbondo belum dapat dikategorikan KLB flu burung, karena kami masih menunggu hasil sample bangkai itik yang telah dikirim ke laboratorium di Malang. Untuk sementara Situbondo masuk dalam kategori waspada terhadap flu burung,” terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.