Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Demo Bayaran Mahasiswa Bengkulu

Kompas.com - 18/12/2013, 08:30 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com —
Unjuk rasa yang digelar mahasiswa di Bengkulu dalam beberapa bulan terakhir terlihat semakin marak. Beragam isu disuarakan, baik ke kejaksaan, kepolisian, lembaga perwakilan rakyat, bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebagian besar isu yang diangkat adalah persoalan korupsi yang diduga melibatkan beberapa pihak tertentu, macam pejabat dan petinggi daerah di negeri ini.

Fenomena ini pun ditengarai merupakan demo pesanan dari pihak tertentu yang berusaha mengambil keuntungan dari situasi yang menjadi kacau. Terungkap, hanya dengan uang Rp 50.000 plus nasi bungkus, para mahasiswa rela berpanas-panas berunjuk rasa, menggelar demo pesanan.

Kompas.com berusaha membuktikan keberadaan kelompok mahasiswa yang terlibat dengan praktik ini. Pengungkapannya berawal dari perjumpaan pertama dengan salah seorang mahasiswa salah satu kampus swasta di Bengkulu berinisal DD.

DD membenarkan adanya aksi demo mahasiswa yang kerap dibayar oleh oknum tertentu. Biasanya oknum tersebut berlatar belakang politisi atau pejabat tinggi daerah yang memiliki lawan politik.

“Saya sering mengikuti demo yang dibayar itu, biasanya dalam satu kali demo mahasiswa memperoleh uang Rp 50.000 per orang ditambah satu bungkus nasi,” kata DD saat ditemui di wilayah Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, beberapa waktu lalu.

DD membenarkan bahwa kebanyakan isu yang mereka sampaikan adalah persoalan keterlibatan pejabat, petinggi daerah, dan lawan politik dalam perkara korupsi. Mahasiswa diminta untuk menekan dengan cara melemparkan isu kepada polisi atau jaksa agar pejabat yang dituding tersangkut perkara korupsi segera diperiksa atau ditetapkan sebagai tersangka.

Berlapis
Ia menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan aktor aksi demo mahasiswa berbayar itu. Pertama, pemilik dana atau orang yang memiliki kepentingan tertentu. Lalu, pihak pertama akan menugaskan orang kepercayaan —yang kebanyakan para senior beberapa oknum mahasiswa yang aktif di organisasi— untuk mengumpulkan massa.

Selanjutnya, lapisan kedua biasanya para senior. Mereka akan merekrut beberapa mahasiswa untuk dijadikan peserta aksi demo yang terdiri dari para yunior, sekaligus dijadikan koordinator lapangan (korlap). Kelompok korlap inilah yang disebut kelompok ketiga.

“Kelompok kedua biasanya akan bermain di belakang layar. Pada saat demo berlangsung kadang mereka tidak ada di lokasi, namun sekali waktu mereka muncul itu pun dari jarak jauh memantau,” tambah DD.

Dalam hal bayaran tentu berbeda. Peserta aksi demo biasanya mendapatkan Rp 50.000 per kepala beserta satu bungkus nasi. Untuk korlap, bayaran agak lebih tinggi berkisar Rp 300.000. “Kalau untuk penyeting aksi bisa sampai jutaan Bang, pasti lebih mahal, saya bisa lihat gaya mereka mewah naik mobil, Hp bagus,” tambah DD.

Senada dengan DD, salah seorang mahasiswa lain berinisial FH menyebutkan, pembayaran biasanya akan dilakukan beberapa jam setelah aksi. “Jadi setelah demo, kami pulang ke rumah atau kosan lalu nanti kami akan ditelepon untuk bertemu di suatu tempat mengambil uang yang dijanjikan. Makanya saat demo kami harus mengisi absen karena pembayaran akan dilakukan lewat absen,” beber FH.

Motif yang dilakukan DD dan FH adalah iseng mencari uang tambahan untuk jajan sembari menunggu kiriman uang dari orangtua tiba. “Lumayan, sekadar tambah-tambah uang jajan, dalam satu bulan kadang ada empat sampai lima kali demo, kan, lumayan duitnya,” timpal FH sambil tertawa lebar.

FH juga menambahkan, untuk mengetahui sebuah demo bayaran atau bukan, pada saat demo bubar ikuti korlap. Biasanya korlap akan menemui pengeset demo untuk melapor. Pertemuan sering dilakukan di obyek wisata Pantai Panjang atau di halaman Masjid Raya Baitul Izzah jika demo dilakukan di gedung DPRD Provinsi Bengkulu.

Dalam beberapa demo yang digelar mahasiswa, Kompas.com sering mendapati para peserta demo berebut mengisi absen saat mereka selesai aksi. “Biasa absen ambil jatah Bang,” kata salah seorang peserta demo yang sempat terlihat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com