Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Demo Bayaran Mahasiswa Bengkulu

Kompas.com - 18/12/2013, 08:30 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

Pengisian absen pun bisa sangat terang-terangan, bahkan ketika demo belum usai. Dari pantauan di lapangan, menurut DD dan FH, para mahasiswa itu terbagi dalam dua kelompok, yakni kelompok massa ideologis, dalam hal ini diwakili oleh organisasi kepemudaan yang memiliki nama besar secara nasional. Kelompok kedua adalah massa yang tidak memiliki basis ideologi jelas. 

Masih menurut DD, kelompok kedua inilah yang sering ditunggangi. Yang menunggangi kelompok massa ini merupakan kelompok mahasiswa pertama tadi, tetapi sifat mereka oknum bukan kelembagaan.

“Pemimpin demo mereka biasanya dari organisasi mahasiswa itu, namun sifatnya oknum. Dia tidak membawa nama organisasinya. Saya tidak tahu mengapa organisasi tidak memberi sanksi kader berperilaku seperti itu,” kata FH.

Sanksi
Iqbal Bustari, Ketua Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bengkulu, menegaskan, bila ada salah satu kadernya terbukti kuat menjadi dalang aksi unjuk rasa bayaran maka secara kelembagaan akan diberi sanksi karena telah melanggar ideologi dan garis perjuangan organisasi.

“Kalau ada kader PMII seperti itu kami akan berikan sanksi. Bisa jadi dipecat secara tidak hormat,” kata dia ketika dihubungi via telepon.

Sumber kepolisian yang enggan namanya dikutip kepada Kompas.com mengaku mengetahui secara persis aksi unjuk rasa pesanan itu. “Mulai dari mahasiswa, korlap, hingga aktor intelektual, bahkan kami tahu di mana mereka rapat sebelum demo, pembayaran uang, kami tahu persis,” ujar sumber dari Kepolisian Daerah Bengkulu ini.

Menurut dia, polisi telah beberapa tahun ini melakukan pemantauan terhadap fenomena aksi demo mahasiswa bayaran ini. Sumber tersebut menyebutkan, dari sekian banyak aksi demo mahasiswa, masih ada yang memang murni menyuarakan kebenaran untuk kepentingan masyarakat meski jumlahnya sedikit.

“Tidak semua demo mahasiswa itu dibayar tapi kalau dihitung kelompok mahasiswa murni untuk masyarakat ini sedikit,” jelasnya.

Awal reformasi
Sementara itu, eksponen aktivis mahasiswa tahun 90-an, Muhammad Prihatno, menyebutkan bahwa fenomena ini bermula saat reformasi. Sinyal tumbuhnya bibit-bibit kelompok aksi demo bayaran dan seringnya kelompok ini berinteraksi secara nasional lalu diadopsi ke daerah.

“Kelompok bayaran itu tidak ada ideologi hanya mengambil keuntungan sesaat, bibitnya dimulai dari reformasi hingga masuk ke Bengkulu,” jelasnya.

Pada tahun 2005 gerakan mahasiswa Bengkulu bisa dikatakan berhenti. Hanya beberapa kelompok yang bergeliat, tetapi merupakan partisan yang berafiliasi dengan partai tertentu. Setelah beberapa waktu, bangkit lagi demo bayaran akibat dipicu beberapa kasus yang menghebohkan Bengkulu.

“Saat itulah demo bayaran di Bengkulu terjadi, pesanan dari kelompok tertentu yang memang berbau sangat politis mulailah bermunculan,” jelasnya.

Jika merujuk 15 tahun lalu, cara berdemo mahasiswa punya ide dan konsep yang sangat cerdas. Mereka membuatnya berdasarkan diskusi matang, dengan biaya patungan, dan isunya pun sangat menyentuh rakyat, misalnya menolak kenaikan harga sembako, menolak kenaikan tarif rumah sakit, dan sejenisnya.

“Uang saja kalau demo patungan dahulu, nah, sekarang justru isu yang tentukan adalah orang lain atau lebih tegas lagi para kelompok yang mencoba mengambil keuntungan,” katanya.

Penyebab terjadinya, menurutnya, adalah konsep pendidikan secara nasional yang mengejar nilai. Lambat laun proses ini menggerus ideologi kehidupan, hilang berganti dengan pola pragmatis yang hitung-hitungannya jelas, untung rugi.

Penyebab berikutnya adalah ketika para politisi mendominasi hampir segala lini, baik kekuatan, kekuasaan, maupun uang yang tidak mampu dilawan oleh mahasiswa. Hasilnya, mahasiswa memainkan isu gerakan yang dibuat oleh politisi tersebut.

Prihatno menegaskan, meski kondisinya seperti ini, masih ada beberapa gerakan mahasiswa yang bersifat murni berdasarkan nurani. Sayangnya, agak susah membedakan kelompok ini dengan kelompok bayaran.

Menurutnya, perbedaannya adalah massa bayaran tidak berani berada di depan secara langsung jika berdemo, tidak berencana melanjutkan isu, dan basis massa jelas. Bahkan, jika sedang aksi terkadang mereka malu-malu dan menghindar dari jepretan kamera wartawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com