Mereka yang berdiri berjajar di pinggir jalan pantura alun-alun Kendal membawa beberapa poster tuntutan itu. Dalam tuntutan itu mereka meminta pemerintah memberi perlindungan karena mereka juga warga negara Indonesia.
Koordinator aksi, Catur Adi Laksono, mengatakan, mereka beraksi pada sore hari agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Selain itu, kata Catur, sore hari dinilai lebih efektif karena di alun-alun tersebut banyak warga berkumpul dan para pegawai negeri sipil sudah pulang dari bertugas. “Supaya aksi kami, di antaranya menyebar selebaran, bisa mengena dan tepat sasaran,” kata Catur.
Sementara itu, seorang PSK yang bergabung dalam aksi tersebut, Nunik, mengaku sering dicibir masyarakat karena profesinya. Padahal dia menjadi PSK karena terpaksa. “Mencari pekerjaan sulit. Menjadi pembantu, gajinya tidak cukup untuk membiaya hidup saya dan satu anak saya. Makanya saya terpaksa menjadi PSK,” kata Nunik, yang membacakan puisi karyanya, pada aksi tersebut.
Hal senada juga diakui oleh Yeni, seorang waria yang juga ikut aksi. Yeni mengatakan, setiap hari dia mangkal di terowongan Kaliwungu untuk menjajakan diri. Namun, sering kali mendapat perlakukan tidak menyenangkan dari masyarakat. “Saya juga sering dicemooh oleh masyarakat. Padahal saya juga manusia,” tambahnya.
Aksi yang dijaga oleh beberapa petugas kepolisian Kendal berakhir dengan tertib.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.