Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sujarwo, 35 Tahun Berjualan Kambing Kurban

Kompas.com - 09/10/2013, 12:50 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com — Selama 35 tahun berjualan hewan kurban, Sujarwo sudah mengalami pahit, getir, hingga manisnya profesi musiman itu. Pernah suatu kali ia menderita kerugian hingga Rp 18 juta. Jumlah yang besar untuk pekerjaan kecilnya itu.

Sujarwo, pria yang berusia kepala lima asal Kelurahan Tempurejo, Kota Kediri, Jawa Timur, itu membuka lapak jualannya di kampungnya sendiri. Ia khusus memperjualkan hewan kurban jenis kambing.

Lapaknya itu berada di lahan kosong. Kemudian, ia membangun tenda dengan puluhan tiang bambu. Tiang itu berfungsi sebagai tempat pengikat tali kekang beragam hewan dagangannya, mulai dari kambing jawa hingga kambing etawa.

Kambing-kambing itu ia datangkan dari berbagai daerah di Kediri maupun luar daerah. Harga jualnya kisaran Rp 1.500.000 sampai Rp 3.500.000. Harga tergantung pada jenis dan postur tubuhnya.

Meski demikian, untung yang didapatnya hanya kisaran Rp 50.000 tiap ekornya. Bersama dua pekerjanya, ia mulai membuka lapak setiap tiga minggu menjelang hari raya kurban atau Idul Adha.

Hal itu terus berulang selama puluhan tahun. Selama menjalankan usahanya itu, pria yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang sembelih kambing ini telah merasakan beragam pengalaman. Keuntungan maupun gulung tikar pernah dialaminya.

"Enam tahun yang lalu, saya rugi Rp 18 juta," kata Sujarwo ditemui Kompas.com, Selasa (8/10/2013) kemarin.

Kerugian itu, menurutnya, terjadi karena mahalnya harga kambing. Harga menjadi mahal karena saat itu harga kebutuhan bahan pokok juga melambung tinggi. Kondisi yang menurutnya hampir sama dengan musim kurban saat ini.

"Cuaca panas, semua mahal. Persis seperti sekarang ini," imbuhnya.

Saat ini, harga kambing kurban meningkat, tetapi tidak dibarengi peningkatan jumlah permintaan. Pengalamannya tahun sebelumnya, dalam waktu enam hari jualan, ia mampu menghabiskan 100-150 ekor kambing. "Tapi, saat ini baru laku sekitar 20 ekor," katanya.

Padahal, biaya yang dikeluarkannya juga tidak sedikit. Setiap harinya, ia harus memberi pakan puluhan kambingnya. Pakan berupa dedaunan, katul, hingga kulit kedelai itu ia dapat dengan cara membeli. Belum lagi biaya obat-obatan jika ada kambing yang sakit hingga biaya tenaga dua karyawannya.

Namun, ia mengaku tidak kapok maupun patah arang. Merugi, menurutnya, hanya sisi lain dari untung. Suatu saat kerugiannya itu akan tertutup oleh keuntungan yang ia dapat.

"Semoga sisa waktu yang ada (hingga sebelum Hari Raya), banyak pembeli yang datang. Kalau nggak laku, ya dijual lagi tahun depan," harap Sujarwo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com