Suasana hening di rumah duka di Dusun Tappina, Kelurahan Mirring, Kecamatan Polewali Mandar, tiba-tiba pecah ketika sebuah mobil ambulans yang membawa jenazah tiba di depan rumahnya. Istri dan empat anak-anak korban histeris saat jenazah Thalib digotong warga dari mobil ambulans menuju rumah duka.
Sulaena, istri korban bersama empat anaknya, tak kuasa menahan tangis ketika menyaksikan jenazah tokoh idola dalam keluarga mereka ini terbujur kaku di rumahnya. Bahkan, Sulaena sempat jatuh pingsan. Sementara itu, salah satu anaknya sempat histeris dan juga kehilangan kesadaran lantaran seolah tak percaya ayah yang menjadi panutan dan tumpuan harapan mereka telah tiada untuk selamanya.
Setelah disemayamkan beberapa saat di rumah duka, jenazah bapak empat anak ini langsung dishalatkan di sebuah masjid tak jauh dari rumah duka. Usai dishalatkan secara berjmaah, jenazah kemudian langsung dikebumikan di salah satu pekuburan yang berlokasi tak jauh dari rumah duka.
Almarhum Thalib meninggalkan tanah air menuju Guyana lebih dari setahun lalu. Dia bekerja sebagai operator mesin chainsaw di Toolsie Persaud Ltd., salah satu perusahan kayu ternama di Guyana.
Sulaena masih mengingat terakhir kali berbicara dengan suaminya melalui sambungan telepon pada awal bulan Ramadhan lalu. Dia dan anak-anaknya mengaku sangat gembira setelah mendapat telepon dari korban.
Terlambat tiba
Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Polewali Mandar, Indra Jaya, menyebutkan jenazah almarhum terlambat sampai di Tanah Air karena kesalahan teknis pengurusan dan pengiriman surat-surat dokumen pemulangan jenazah korban.
“Keterlambatan jenazah korban tiba di tanah air lantaran ada kesalahan tekni pengurusna dokumen pelulangan korban,” ujarnya.
Selain itu, menanggapi hak asuransi termasuk gaji terakhir almarhum hingga kini yang belum juga diterima oleh keluarga, Indra mengatakan, sesuai dengan pembicaraan pihak disnaker, keluarga korban dan pihak Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Makassar, hal itu akan diselesaikan oleh pihak BP3TKI yang menangani klaim asuransi, termasuk gaji terakhir korban sebelum tertimpa bencana.
Menurut indar belum selesainya pembayaran asuransi, gaji terakhir dan hak-hak korban lainnya lantaran pihak keluarga belum melengkapi keseluruhan berkas permohonan asuransi dan gaji terakhir korban dari pihak yang mewakili keluarga.
Istri korban, Sulaena berharap hak-hak suaminya sebagai tenaga kerja resmi yang berangkat ke Guyana bisa segera mendapatkan hak-haknya sebagai TKI. Sulaena mengatakan, suaminya telah mengantongi dokumen-dokumen resmi, termasuk paspor bernomor A 0960430 dan KTP bernomor 6040603067300001.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.