Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Koleksi Mangkuk Antik yang Diklaim Antibasi

Kompas.com - 28/08/2013, 21:59 WIB
Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol

Penulis


SITUBONDO, KOMPAS.com
 — Berburu barang antik menjadi hobi tersendiri bagi sebagian orang. Di Desa Widoropatung, Kecamatan Besuki, Situbondo, Jawa Timur, seorang kolektor harus bertahun-tahun untuk berburu mangkok antibasi. Mangkok itu menjadi unik karena dapat menyimpan makanan basah hingga berhari-hari.

Pemilik mangkok antibasi ini bernama Abdul Fatah (32). Meski usianya relatif masih muda, pria yang masing lajang ini ternyata memiliki hobi berburu benda-benda antik sejak masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Malang, Jawa Timur.

"Sejak masih kuliah saya sudah bertahun-tahun berburu mangkok antibasi tersebut. Itu dilakukan karena mangkok antibasi itu mempunyai keunikannya tersendiri. Mangkok ini memang banyak diburu kolektor. Sekilas, bahan mangkok antibasi hampir mirip mangkok pada umumnya," terang Abdul Fatah, Rabu (28/8/2013).  

Menurutnya, jika dilihat dan diteliti secara mendetail, mangkok antibasi ini memiliki bentuk yang berbeda. Meski ukurannya tak terlalu besar, mangkok ini menyatu dengan nampannya. Menurutnya, untuk mengetahui keaslian mangkok antibasi, kita harus mencobanya dengan meletakkan makanan basah seperti nasi dan santan. Jika makanan bertahan hingga beberapa hari, yakni tidak basi, maka mangkuk tersebut memang asli antibasi.

"Sedangkan mangkok antik saya ini dapat menyimpan makanan hingga 3-4 hari," bebernya.

Fatah menambahkan, sebagai seorang kolektor barang antik, dia menyimpan banyak barang antik di rumahnya. Selain memiliki mangkok antibasi, koleksi terbarunya berupa replika kodok dari perunggu bertuliskan huruf China.

"Meski belum mengetahui akar historisnya, diyakini kodok berukuran raksasa ini merupakan peninggalan Dinasti Ming di China. Meski harus mengeluarkan uang banyak dan butuh kesabaran dalam berburu barang antik, mengoleksi barang antik memiliki kepuasan tersendiri, serta harus merawat dan menyimpannya di tempat khusus," urai Abdul Fatah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com