Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Ir Johanis Panelewen, berdasarkan pemeriksaan cepat yang dilakukan timnya, terindikasi ternak-ternak yang mati mendadak tersebut terinfeksi virus flu burung atau yang juga dikenal dengan nama virus H5N1.
"Tim kami telah turun lapangan dan melakukan penanganan agar virus tersebut tidak lebih menyebar secara luas. Tahap awal kami lakukan karantina unggas di daerah tersebut agar tidak ada unggas yang berkeliaran," ujar Panelewan, Rabu (14/8/2013).
Sampel bangkai unggas yang diduga terjangkiti virus H5N1 akan diperiksa lebih lanjut oleh Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan, yang akan turun langsung di Desa Panasen. Tim tersebut akan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Minahasa.
Pihak-pihak yang terlibat penanganan virus tersebut melakukan tindakan pencegahan secara cepat dan pengendalian dengan cara penyemprotan desinfektan dan pembersihan kandang ternak unggas.
Menurut Kepala Desa Panasen, Rosye Sangkoy, sudah ada 596 ekor ternak unggas yang mati mendadak. Sebanyak 308 ekor di antaranya ayam serta 288 ekor ternak itik. Ternak-ternak tersebut berasal dari 15 keluarga yang memelihara unggas.
Warga Desa Panasen pada awalnya menganggap kasus kematian mendadak ternak unggas tersebut merupakan hal biasa. Salah satu warga mengakui bahwa dalam seminggu terakhir sekitar 50 ekor unggasnya mati mendadak.
Biasanya, unggas yang mati terjadi pada pagi hari. Unggas yang kelihatan sehat dan kuat tiba-tiba roboh dan langsung mati ketika sedang berjalan. Warga biasanya langsung mengubur bangkai unggas ternak tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.