Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambil Ngabuburit, Suarakan "Menolak Lupa" Pelanggaran HAM

Kompas.com - 25/07/2013, 22:06 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com - Sebagian besar orang menunggu waktu berbuka atau ngabuburit dihabiskan dengan mencari takjil atau berkeliling kota. Namun, tiga orang dari Mixi Imajimimetheater dan Indonesian Mime Artist Association menggelar aksi Kamisan sebagai bentuk 'Melawan Lupa' terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas hingga saat ini.

Dalam aksi yang digelar di depan Gedung Sate Jalan Diponegoro Kota Bandung, Kamis (25/7/2013) sore itu, terlihat dua pemuda dengan riasan wajah bak artis pantomim, berdiri di bawah payung hitam. Aksi mereka dipadukan dengan alunan gesekan biola dan tebaran kertas-kertas berisi aksara tuntutan penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

"Aksi Kamisan ini adalah yang kedua kalinya di Bandung. Di Jakarta, aksi ini sudah yang ke-314 kalinya," ujar koordinator aksi Wanggi Hoed saat ditemui seusai aksi.

Dikatakan Wanggi, aksi Kamisan ini masih menjadi tradisi yang terus dijalankan oleh para korban pelanggaran HAM. "Kami menuntut agar SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) segera membentuk pengadilan HAM," tegasnya.

Dijelaskannya, masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan hingga saat ini seperti peristiwa 65/66, peristiwa Tanjung Priok 1984, peristiwa Talangsari 1989, peristiwa 27 Juli, Penculikan dan Penghilangan paksa 1997/1998, tragedi Trisakti 1998, peristiwa Mei 1998, peristiwa Semanggi 1998/199, hingga pembunuhan Munir.

"Untuk itu kita ingin menyerukan kepada warga Bandung agar menolak impunitas. Selain itu kita ingin menyadarkanr untuk melawan lupa. Jangan sampai kita melupakan beberapa peristiwa kasus pelanggaran ham yang belum tuntas," paparnya.

Disadari Wanggi, tradisi Kamisan harus terus dilakukan. Pasalnya, hingga aksi ke-314 di Istana Negara, pemerintah terkesan mengabaikan surat kepada Presiden dari keluarga para korban pelanggaran HAM. "Kami tidak tahu apakah surat-surat itu sampai atau tidak," ucapnya.

Agar tradisi Kamisan di Bandung terus berjalan, Wanggi menyatakan akan mencari keluarga korban pelanggaran HAM yang ada di Kota Bandung. "Untuk memperkuat pergerakan teman-teman di Jakarta, kami akan mencari korban-korban pelanggaran HAM di daerah," bebernya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com