Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mehamat Br Karo Sekali, Pejuang Alih Aksara Batak

Kompas.com - 03/12/2016, 08:00 WIB

KOMPAS.com - Di tengah senyapnya ruang koleksi Museum Negeri Sumatera Utara, Mehamat Br Karo Sekali (51) tampak serius memandangi naskah kuno sembari sesekali mengetik di komputer jinjing miliknya.

Sama seperti hari-hari lain, ia sibuk dan asyik sendiri menerjemahkan serta mengalihaksarakan naskah kuno beraksara Batak ke aksara Latin berbahasa Indonesia.

Di meja kerjanya, sebuah kitab yang terbuat dari kulit kayu berumur ratusan tahun bersanding dengan komputer jinjing keluaran tahun 2010-an. Ia perhatikan dengan saksama aksara Batak yang ada di kitab kuno itu, lantas mengetik beberapa kata di komputer jinjingnya hingga tersusun belasan baris bahasa Batak. Setelah proses alih aksara selesai, ia mulai menerjemahkan bahasa Batak ke dalam bahasa Indonesia.

Saat ini, Mehamat adalah satu-satunya tenaga alih aksara dan penerjemah naskah kuno Batak di Museum Negeri Sumatera Utara. Padahal, jumlah naskah kuno yang dimiliki museum itu tergolong banyak, yakni 200 naskah kuno beraksara Batak. Karena keterbatasan tenaga ahli, baru 70 naskah yang dialihaksarakan. Sebanyak 50 naskah di antaranya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Saat ini sedikit sekali warga yang bisa membaca aksara Batak. Sekarang saya harus berkejaran dengan waktu karena sejumlah naskah mulai rusak dimakan usia," ujarnya, akhir November lalu.

Sejumlah naskah di ruang penyimpanan koleksi memang mulai terkoyak. Lembaran-lembarannya mulai rusak dan berlubang dimakan rayap. Selain itu, beberapa tulisan juga mulai kabur tak terbaca.

Sejak 1998, Mehamat terdaftar sebagai pegawai negeri sipil yang bertugas di Museum Negeri Sumatera Utara. Ia beberapa kali terlibat dalam tim penerjemah aksara Batak yang dibentuk Dinas Pariwisata Sumatera Utara. Namun, lima tahun terakhir, proyek tersebut tak pernah bergulir.

Meski begitu, Mehamat tetap bersemangat mengalihaksarakan dan menerjemahkan naskah-naskah kuno Batak. Hal itu ia lakoni kendati tidak ada pemasukan tambahan dari proyek terjemahan. Sejauh ini, setidaknya ia telah mengalihaksarakan 10 naskah kuno dan menerjemahkan 5 naskah kuno ke dalam bahasa Indonesia dengan biaya pribadi.

"Teks yang menurut saya menarik saya ambil dan saya terjemahkan. Ini untuk memuaskan hasrat pribadi saja. Nilai lebihnya adalah terjemahan tersebut bisa dimanfaatkan oleh orang lain," katanya.

Salah satu naskah yang getol ia terjemahkan ialah naskah kuno Injil Markus yang ditulis dalam aksara Batak. Naskah yang ia temukan tersebut dicetak pada 1867. Mehamat bersemangat mengalihbahasakan naskah itu karena penasaran mengetahui bagaimana orang Belanda menyebarkan agama Kristen ke tanah Batak pada zaman dahulu.

Otodidak

Mehamat menuturkan, ia sejatinya tidak memiliki latar belakang keilmuan yang memadai dalam sastra Batak. Saat kuliah di Universitas Sumatera Utara, ibu dua anak itu merupakan lulusan Sastra Melayu. Namun, karena kecintaannya pada budaya luhur dan adat istiadat Batak, ia menekuni sastra Batak secara otodidak. Kini, ia mencurahkan tenaga, waktu, dan seluruh hidupnya untuk sastra Batak.

Mehamat mengatakan, tidak mudah mengalihaksarakan dan menerjemahkan naskah-naskah kuno Batak. Pasalnya, naskah-naskah itu tidak mencantumkan penulis dan tahun pembuatannya. Akibatnya, ia kesulitan mengetahui konteks tulisan dalam naskah.

Namun, hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk menerjemahkan aksara Batak. Mehamat terus berupaya agar aksara Batak dapat dipahami dan dimengerti oleh orang-orang Batak di zaman modern saat ini.

"Banyak ajaran penting dan berguna (dalam naskah kuno) yang bisa diterapkan dalam kehidupan saat ini. Sayang kalau petuah-petuah tersebut hanya dibiarkan begitu saja. Kerja saya hari ini merupakan upaya untuk menyampaikan ajaran nenek moyang kami kepada generasi saat ini," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com