Puluhan siswa pun mengungsi ke mushala terdekat untuk melaksanakan kegiatan belajar meski tanpa papan, meja dan kursi.
Mereka kemudian memanfaatkan sebuah meja pingpong (tenis meja) untuk meja belajar bersama.
Sunhaji, salah satu guru MI Wanurejo, mengatakan, ambruknya atap ruang kelas terjadi pada Kamis (17/12/2015). Saat itu, tidak sedang ada kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sehingga tidak mengakibatkan korban jiwa atau luka-luka.
"Saat itu anak-anak dan para guru sudah pulang, jadi bersyukur tidak sampai ada yang terluka," ujar Sunhaji, Selasa (12/1/2016).
Sunhaji menduga, atap bangunan ambruk karena kayu-kayu penyangga sudah lapuk dimakan usia. Apalagi, beberapa hari belakangan hujan deras mengguyur wilayah tersebut sehingga memicu jebolnya langit-langit atap.
"Sudah 20 tahun saya mengajar di sini, atap sekolah ini belum pernah diperbaiki. Kalaupun ada, hanya perbaikan bagian lantai saja," katanya.
Khoirunisa, guru lainnya, menambahkan sebelum ambruk memang sudah terlihat tanda-tanda kerusakan pada langit-langit. Sampai saat ini, pihak sekolah belum melakukan pembersihan dan membiarkannya sampai pemerintah maupun pihak lain memberikan perhatian.
"Kami sepakat untuk tidak memberihkan material. Nanti kalau ada yang membantu bisa langsung melihat dulu kondisinya," ungkapnya.
Dia memaparkan, ada 80 siswa MI Wanurejo. Beberapa di antaranya masih bisa belajar di dalam kelas yang tidak rubuh, sedangkan lainnya belajar di luar ruang kelas.
Pihaknya berharap pemerintah maupun pihak lainnya segera memberikan perhatian dan memperbaiki ruang kelas sehingga para siswa dan guru bisa melaksanakan KBM seperti semula.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.