Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Upaya Damai Dilakukan Dulu, Perang Itu Upaya Terakhir

Kompas.com - 02/09/2015, 16:04 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan konflik tak bisa dihindarkan dalam kehidupan ini. Konflik terjadi di kalangan kelompok terkecil di dalam negeri sampai konflik mancanegara. Menurut SBY, Indonesia termasuk negara yang penuh konflik.

"Sejak negara ini Merdeka, tak pernah negara ini sepi dari konflik," kata SBY di hadapan ribuan mahasiswa baru angkatan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Aula Gymnasium, Jalan Setiabudi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/9/2015).

Dalam 10 tahun jabatannya memimpin Indonesia, SBY mengaku dihadapkan dengan sejumlah konflik yang serius, baik konflik antar bangsa, seperti konflik Poso, Papua, Maluku Utara, Timur Leste, Sampit dan Aceh.

SBY mengaku berhasil mengatasi konflik tersebut meski tidak mudah. Butuh kesabaran dan kerja keras untuk menciptakan sebuah perdamaian di antara konflik tersebut.

"Apa saja yang sudah dilakukan Indonesia dan saya sumbangkan untuk selesaikan konflik dan ciptakan perdamaian. Misalnya Aceh, mengatasi konflik di Aceh ini harus dengan hati," katanya.

Kemudian, lanjut dia, konflik dengan negara-negara lain, salah satunya dengan Malaysia, soal perebutan kembali lahan Ambalat. SBY mengatakan, sudah berhasil mengatasi konflik di Ambalat.

"Wilayah Ambalat kami pastikan itu wilayah Indonesia," tegasnya.

SBY mengaku dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan diskusi baik-baik antara kedua negara dan akhirnya berujung perdamaian. SBY menegaskan bahwa bersikap dewasa bisa lebih dulu dilakukan dan itu lebih baik ketimbang harus langsung melakukan tindakan brutal.

"Apabila diajak damai enggak berhasil, kita pakai cara lain. Diajak damai enggak berhasil, kita kerahkan satuan dan dilakukan upaya damai tidak berhasil, kita lakukan cara lain lagi. Upaya damai dilakukan dulu, perang itu upaya terakhir dalam mempertahankan kedaulatan negara," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com