Salah satu pengusaha batu akik lokal Nunukan yang membuka lapak di pasar batu akik di Tanah Merah yang biasa dipanggil Gondrong, mengaku kesulitan memenuhi permintaan kolektor. “Agak susah mencari barangnya. Kemarin ada barangnya langsung ditawar orang Rp 3 juta. Sekarang memang tren di Nunukan para kolektor sedang memburu batu giok lokal,“ ujar dia, Jumat (13/3/2015).
Menurut Gondrong, motif batu giok lokal selain beragam warna juga mengandung perpaduan warna yang unik, ketika batu itu dihadapkan ke cahaya. Selain tembus pandang, serat serat pada batu giok tersebut terlihat indah karena utuh terpantul oleh cahaya di tengah warna warni dasar batu giok.
Namun kebanyakan warna dasar batu giok lokal Nunukan adalah ungu kebiru-biruan. “Sekarang yang lagi tren yang tembus jika disenter. Kalau batu giok lokal ini seratnya terlihat saat disenter karena dasarnya kebanyakan bening dengan kandungan warna yang bisa berbeda-beda warna. Batu lokal Nunukan memang diakui banyak warnanya, tidak monoton,” imbuh Gondrong.
Sejak demam batu akik melanda wilayah perbatasan, Gondrong mengaku mendapat tambahan penghasilan dari pekerjaan menggosok batu. Tak tanggung tanggung, Gondrong mengaku membuka lapaknya dari pukul 07:00 wita hingga pukul 22:00 wita dengan mempekerjakan empat orang untuk menggosok batu akik.
“Sehari kadang sampai 40 batu dari warga. Ongkosnya satu batu Rp 50.000. Kalau minta dibuatkan embannya sekalian bisa nambah Rp 50.000-300.000,” ujar Gondrong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.