Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umumkan "Quick Count" Saat Pemungutan Suara Belum Usai, Lembaga Survei Disebut Curang

Kompas.com - 11/07/2014, 06:44 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com — Sejumlah lembaga survei dinilai telah berbuat curang dalam proses hitung cepat alias quick count untuk Pemilu Presiden 2014. Kecurangan disebut terkait dengan waktu dimulainya penayangan hasil hitung cepat tersebut. Kecaman pun terlontar bahkan dari warga biasa.

“Kami merasa kecewa dengan lembaga survei yang kami nilai berlaku curang dalam penghitungan cepat yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi nasional," ujar Feri Naimena dan Yohanes Bansae, dua warga Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kamis (10/7/2014).

"Seharusnya kemarin lembaga survei mengumumkannya setelah semua TPS selesai melakukan pencoblosan,” lanjut Feri yang diamini Yohanes. Menurut mereka, praktik yang dijalankan lembaga survei dengan mengumumkan hasil secara bertahap ketika belum semua daerah memberikan suara itu akan mencederai proses demokrasi di Indonesia.

“Yang kita lihat kemarin, justru penghitungan cepat, sudah mulai dilakukan dari wilayah Indonesia Timur, padahal wilayah Indonesia Tengah dan Barat masih berlangsung pencoblosan. Hal ini tentu akan memengaruhi para pemilih di Indonesia Tengah dan Barat," kecam Feri.

Menurut Feri, sebagian lembaga-lembaga survei yang ada juga tak independen. Dia berpendapat kehadiran lembaga-lembaga survei semacam itu justru tidak memberikan pendidikan politik yang baik untuk masyarakat bisa belajar berdemokrasi.

Koordinator Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia wilayah NTT, Felixianus Ali, menambahkan apa yang dikerjakan lembaga survei justru membuat masyarakat tak nyaman mengikuti pemilu.

“Boleh boleh saja lembaga survei memberikan dan menyebarkan informasi mengenai penghitungan suara pilpres untuk masyarakat, tetapi jangan sampai dengan informasi itu membuat masyarakat tidak nyaman dan aman," kata Felixianus.

Apalagi, imbuh Felixianus, masyarakat sedang menanti dengan was-was siapa yang terpilih. "Tetaplah junjung toleransi di tengah masyarakat. Jangan karena informasi yang belum pasti maka suasana menjadi panas," ujar dia. Menurut Felixianus, muncul pula kesan ada lembaga survei yang memanas-manasi suasana dengan informasi yang rentan memecah-belah masyarakat.

“Saya meminta lembaga survei agar tidak memprovokasi masyarakat kita. Bagi masyarakat, hendaknya bersabar dan menanti kerja keras KPU sampai memberikan laporan dalam rapat pleno nasional. Biar tidak resah," ujar Felixianus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com