Demikian salah satu hasil kajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember terkait kerusuhan di Puger. Ketua MUI Jember Abdul Halim Soebahar mengatakan, konflik di Puger tidak berdiri sendiri. Ada serangkaian konflik yang sebelumnya pernah terjadi.
“Ini kemudian diperkeruh dengan adanya provokasi dari pihak luar sehingga situasi semakin memanas,” ujarnya.
Demi meminimalisasi ruang gerak provokator dari luar, MUI Jember telah merekomendasikan kepada pimpinan dua kelompok masyarakat Puger serta seluruh elemen terkait untuk berperan aktif melakukan pembinaan terhadap jemaahnya.
Diharapkan, jemaah tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Hanya saja, pada saat pengajian, pimpinan kelompok di Puger jangan kemudian melakukan provokasi juga, ajarkan bagaimana harus menghormati orang lain. Sebab, mengajarkan agama itu hak masing-masing individu,” imbuh Soebahar.
Soebahar meminta kepada aparat kepolisian untuk menyelidiki siapa yang terlibat sebagai provokator di Puger. Ia juga meminta agar pelaku tersebut diproses secara hukum karena telah melakukan provokasi terhadap warga.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Rabu pekan lalu kerusuhan antardua kelompok terjadi di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger. Akibat peristiwa itu, satu orang tewas serta sejumlah fasilitas di Pondok Pesantren Darus Sholihin rusak parah.
Kasus ini sedang ditangani tim penyidik gabungan dari Polda Jawa Timur dan Polres Jember.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.