KOMPAS.com - Gemuruh air disertai bunyi bebatuan yang bergesekan dengan pohon terdengar oleh Martias pada Sabtu (11/5/2024) sekitar pukul 22.15 WIB.
Malam itu, banjir bandang menerjang tempat tinggal Martias di Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Airnya sangat besar, sehingga meluas ke mana-mana," ujarnya, Senin (13/5/2024), dikutip dari Tribun Padang.
Banjir besar itu menghanyutkan kedai semi permanen milik Martias. Puing-puingnya saja bahkan tak tersisa.
Baca juga: Banjir Lahar di Sumbar, Korban Tewas Jadi 43 Orang
Beberapa jam sebelumnya, Nispawati, warga Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, mulai mendengar derasnya air sejak maghrib.
"Pas ketika saya selesai shalat Magrib di rumah, air sudah mulai deras. Sudah ada juga warga yang memperingatkan agar berhati-hati," ucap warga lereng Gunung Marapi ini, Senin.
Tak berselang lama, air semakin deras dan mulai meluap ke jalan.
"Kami tidak bisa keluar, kami terpaksa berdiam diri di rumah sambil melihat-lihat keluar apakah air akan masuk atau menerjang rumah kami," ucapnya.
Nispawati menggunakan karung pasir untuk menahan arus air masuk rumahnya. Karung pasir itu telah mereka siapkan sebelumnya. Pasalnya, rumah mereka pernah dilanda banjir.
"Karung pasir yang kami pasang di depan rumah membantu menghalangi masuknya air dan material lain ke dalam rumah," ungkapnya.
Ia mengatakan, air mulai surut pada Minggu (12/5/2024) sekitar pukul 01.00 WIB. Begitu air surut, Nispawati dan keluarga diminta petugas untuk mengungsi.
"Kami berharap agar kejadian serupa tidak terulang dan meminta pemerintah untuk segera mengatasi masalah ini," tuturnya.
Baca juga: Korban Banjir Bandang Agam Bertambah Jadi 20 Orang
Sementara itu, Harmon Ruslan, warga Jorong Koto Baru, Nagari Kubang Putiah, Kecamatan Banuhampu, Agam, tak menyangka banjir besar melanda daerahnya. Ia menyebut, ini merupakan kejadian pertama kali di Koto Baru.
"Sebelumnya sudah beberapa kali lahar dingin, belum pernah sampai ke sini," jelasnya, Senin, dilansir dari Tribun Padang.
Saat Sabtu malam itu, hujan turun di Koto Baru. Namun, warga tak mengira daerahnya akan diterjang banjir bandang, meski sebelumnya warga sempat mendengar gemuruh jelang banjir tiba.
"Jadi memang tidak ada yang menyangka akan sampai banjir seperti ini," terangnya.
Harmon menuturkan, banjir ini membawa material pasir dan batu kerikil. Ia menduga kejadian ini merupakan banjir lahar hujan Gunung Marapi.
"Tidak ada batu besar ataupun pohon terbawa sampai sini," bebernya.
Baca juga: Gemuruh Banjir Bandang Sumbar yang Menghanyutkan Rumah hingga Sekolah
Banjir bandang ini menimbulkan sejumlah kerusakan di Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto.
"Ada 35 rumah warga yang rusak, 5 di antaranya rusak berat, 6 rusak sedang, sisanya rusak ringan," papar Camat IV Koto Subchan, Senin, dikutip dari Tribun Padang.
Sebuah gedung sekolah turut terdampak.
"SD 03 hancur, kita sudah koordinasi dengan Kadis Pendidikan untuk mengalihkan proses pembelajaran ke gedung MDA Muhammadiyah," tandasnya.
Meski demikian, Subchan mengungkapkan tak ada warganya yang meninggal akibat peristiwa ini.
"Luka ringan ada 3 orang," imbuhnya.
Baca juga: Bencana Banjir Lahar Sumbar, 14 Korban Belum Ditemukan
Sedangkan, Wali Nagari Bukik Batabuah Firdaus menyampaikan, berdasarkan data sementara, terdapat lebih dari 100 bangunan yang terdampak banjir di daerahnya.
"Kira-kira ada ratusan, bangunan yang terdampak. Sementara itu puluhan bangunan yang terbawa banjir lahar dingin," sebutnya, Minggu.
Adapun jumlah warga yang terdampak lebih dari 100 KK. Ratusan warga itu diungsikan ke sekolah-sekolah, mushala, maupun rumah saudara masing-masing.
"Banjir yang kali ini lebih parah daripada sebelumnya, lebih banyak yang hancur, bahkan ada korban meninggal dunia," ujarnya.
Untuk diketahui, banjir bandang ini juga melanda sejumlah daerah di Sumatera Barat.
Baca juga: Cerita Doris Tampung 53 Orang Korban Banjir Bandang Sumbar di Rumahnya, Kini Kekurangan Air Bersih
Juru Bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Ilham Wahab memaparkan, banjir bandang bercampur lahar dingin ini disebabkan tingginya intensitas hujan di kawasan Gunung Marapi di Agam dan Tanah Datar.
"Sungai-sungai yang berhulu di Gunung Marapi kemudian meluap sehingga menyebabkan terjadinya banjir bandang," ucapnya.
Air sungai itu meluap hingga ke Padang Panjang dan Padang Pariaman.
Baca juga: Dugaan Krisis Lingkungan di Balik Banjir Bandang dan Lahar di Sumbar yang Tewaskan 47 Orang
Berdasarkan data terkini yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peristiwa ini menewaskan 50 orang.
Kepala BNPB Suharyanto menjabarkan data korban jiwa, yakni 20 orang meninggal di Agam, 19 orang di Kabupaten Tanah Datar, delapan orang di Kabupaten Padang Pariaman, dua orang di Kota Padang Panjang, satu orang di Kota Padang.
Saat ini, menurut laporan yang diterima BNPB, jumlah korban hilang sebanyak 27 orang, 37 orang mengalami luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi.
"Yang hilang kami akan tetap upayakan mencari sampai ketemu. Apabila ada pihak keluarga atau ahli waris yang minta, tetap dicarikan meski di luar masa 6x24 jam, sebagai aparat kita harus lakukan," ucapnya di Padang, Selasa (14/5/2024), dilansir dari Antara.
Baca juga: Korban Banjir Sumbar Terseret Air 72 Km, dari Padang Panjang sampai Padang
Sumber: Kompas.com (Penulis: Perdana Putra | Editor: Reni Susanti), Antara
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul:
Riswan Kenang Malam Mengerikan: Rumah, Sekolah, dan Kendaraan Hilang Disapu Banjir Bandang di Agam
Pengalaman Dramatis Nispawati & Keluarga Berhasil Selamat dari Terjangan Banjir Bandang Agam Sumbar
Warga Koto Baru Kubang Putih Bahu Membahu Bersihkan Material Banjir Lahar Dingin Marapi Sumbar
Dampak Banjir Lahar Dingin di Nagari Koto Tuo, IV Koto, Agam, Sumbar: 35 Rumah Warga Rusak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.