Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Kompas.com - 28/04/2024, 10:11 WIB
Rachmawati

Editor

“Belakangan yang santer dianggap monster laut karena membuat mereka yang beraktivitas di sekitar mangrove merasa ketakutan."

Baca juga: Dukung Ekowisata Mangrove di Cilacap, 2 Anak Usaha BUMN Tanam 5.000 Pohon Cemara Laut

Namun, Slaman masih tetap dengan pendiriannya untuk melestarikan mangrove. Sejak awal ia sudah menyadari aksinya tidak akan langsung disambut baik warga.

”Saya punya prinsip setiap kebaikan itu tidak selalu mulus, tidak selalu lancar, pasti ada kendala-kendala, dan dari kendala itu saya belajar,” kata Slaman.

Setelah berusaha mengajak warga sejak 1986, upaya Slaman baru membuahkan hasil pada tahun 2010. Satu persatu warga yang awalnya menentang, akhirnya ikut bergabung dan membantu Slaman, terutama kaum ibu-ibu.

Warga beralih mendukung Slaman setelah ia menyulap buah mangrove menjadi kopi. Kopi berbahan dasar buah mangrove ini berasal dari jenis Rhizophora stylosa yang banyak tumbuh di pesisir Desa Lembung.

”Pada waktu saya punya konsep membuat kopi mangrove, mereka dengan sendirinya merapat ke kami. Terus mereka saya kasih peran untuk mencari buah mangrove.”

Baca juga: Mitigasi Krisis Iklim, Pertamina dan KLHK Tanam 231 Mangrove

”Perlahan-lahan mereka berbalik, mulai sadar bahwa mangrove ini tidak boleh dirusak, malah membantu dalam hal ekonomi. Sehingga pada waktu itu mereka berduyun-duyun mencari buah mangrove,” katanya.

Slaman mendapat inspirasi membuat kopi dari buah mangrove setelah ia memastikan bahwa kandungannya tidak berbahaya apabila dikonsumsi. Lalu, ia mencoba untuk mengolahnya.

Biji mangrove yang bisa diolah menjadi kopi biasanya yang buahnya sudah tua, ditandai dengan ranting berwarna kuning keemasan.

"Yang muda tidak bisa, nektarnya tinggi, pahit, gatal dan sebagainya," terang Slaman.

Proses pembuatannya juga tidak sulit. Slaman hanya perlu membelah buah mangrove, kemudian direndam selama tiga hari tiga malam untuk menghilangkan tanin – senyawa alami yang ditemukan dalam makanan dan minuman tertentu, seperti teh, kopi, cokelat – biasanya ditandai dengan jernihnya air rendaman.

Baca juga: Masalah Mendasar Rehabilitasi Mangrove

Setelah itu, buah mangrove yang sudah direndam, dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, buah mangrove kemudian dihaluskan dan disangrai untuk mendapatkan warna hitam menyerupai kopi.

Slaman juga melibatkan ibu-ibu di desanya dalam proses pembuatan kopi mangrove dan membentuk Kelompok Tani Hutam (KTH) Sabuk Hijau.

Selain mengolah buah mangrove, kegiatan dari KTH Sabuk Hijau ini adalah melakukan pembibitan, penanaman mangrove, pengelolaan ekowisata hingga pengawasan hutan lindung. Warga yang sebelumnya menjadi perusak akhirnya ikut menjaga tanaman mangrove.

Belakangan, Slaman tidak hanya mengolah buah mangrove menjadi kopi, tapi juga teh, madu, nugat, roti, hingga pewarna dasar batik.

Masyarakat lebih melihat hasil

Salah satu warga yang menolak dan kini ikut membantu Slaman adalah Sunsiyah. Warga Dusun Bangkal, Desa Lembung ini dulunya adalah pencari kerang bambu.

”Dulu saya menolak Pak Slaman untuk menanam mangrove soalnya takut mengganggu aktivitas saya sebagai pencari lorjhu’. [Tapi] setelah saya perhatikan untuk penanaman mangrove cukup banyak manfaatnya,” kata Sunsiyah.

Awalnya Sunsiyah tidak langsung menerima ajakan Slaman. Upaya edukasi selama bertahun-tahun ditolaknya mentah-mentah.

Sampai pada titik Slaman mampu mengelola buah mangrove. Ia pun rela meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai pencari lorjhu'.

Baca juga: Masalah Mendasar Rehabilitasi Mangrove

"Jadi enggak sia-sia buah mangrove sekarang dibuat kopi sama Pak Slaman," lanjut perempuan 52 tahun tersebut.

Sunsiyah kemudian beralih mencari buah mangrove untuk dijual kepada Slaman. Ia juga membantu mengelola ekowisata mangrove yang dibuka pada tahun 2019.

Sunsiyah juga menjadi ‘mata-mata’ Slaman. Ia selalu melapor bilamana ada warga yang merusak tanaman mangrove di pesisir Desa Lembung.

Butuh waktu sekitar 24 tahun bagi Slaman untuk mengubah pola pikir warga yang menentangnya.

Pengamat sosial dari Universitas Madura, Imadoeddin, menilai sulitnya masyarakat untuk langsung mendukung Slaman karena belum melihat hasil atau manfaat dari pelestarian mangrove.

Baca juga: 32.000 Hektare Lahan Mangrove Bakal Direhabilitasi Tahun Ini

“Ini bukan penolakan sebetulnya, tapi masyarakat itu alot karena masih menunggu mungkin kira-kira seperti apa perkembangannya,” kata Imadoeddin.

“Memang tidak mudah yang dilakukan oleh Pak Slaman itu, tetapi kemudian karena kegigihannya dan mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa penataan mangrove yang ada di Lembung itu bisa bermanfaat,” sambungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biaya Perakitan Jadi Alasan Warga Demak Menolak Bantuan Rumah Apung

Biaya Perakitan Jadi Alasan Warga Demak Menolak Bantuan Rumah Apung

Regional
Banjir Luwu, 210 KK Terdampak, Warga Butuh Bahan Makanan

Banjir Luwu, 210 KK Terdampak, Warga Butuh Bahan Makanan

Regional
ASN Disdukcapil Nunukan Tersangka Pelecehan Seksual Tak Ditahan

ASN Disdukcapil Nunukan Tersangka Pelecehan Seksual Tak Ditahan

Regional
Kirab Waisak Candi Mendut-Borobudur, Ribuan Umat Buddha Padati Jalanan

Kirab Waisak Candi Mendut-Borobudur, Ribuan Umat Buddha Padati Jalanan

Regional
Terungkap Motif Pembantu Bunuh Majikan di Lembang, Dendam dan Ingin Kuasai Harta Korban

Terungkap Motif Pembantu Bunuh Majikan di Lembang, Dendam dan Ingin Kuasai Harta Korban

Regional
Pengungsi Rohingya dari Perairan Malaysia Mendarat di Langkat, Warga Menolak

Pengungsi Rohingya dari Perairan Malaysia Mendarat di Langkat, Warga Menolak

Regional
Kru Eksebisi WWF dari Korea Selatan Ditemukan Meninggal di Hotel Bali, Sempat Mengeluh Sesak

Kru Eksebisi WWF dari Korea Selatan Ditemukan Meninggal di Hotel Bali, Sempat Mengeluh Sesak

Regional
Ada Kirab Waisak, Jalur Mendut-Borobudur Ditutup, Peluang Cuan Tukang Ojek Dadakan

Ada Kirab Waisak, Jalur Mendut-Borobudur Ditutup, Peluang Cuan Tukang Ojek Dadakan

Regional
Buron 5 Tahun, Pembunuh Mayat Dalam Karung Ditangkap di Aceh Utara

Buron 5 Tahun, Pembunuh Mayat Dalam Karung Ditangkap di Aceh Utara

Regional
Nekat Melintas di Jembatan Muara Tembesi Batanghari, Kapal Tongkang Batu Bara Dilempar Bom Molotov

Nekat Melintas di Jembatan Muara Tembesi Batanghari, Kapal Tongkang Batu Bara Dilempar Bom Molotov

Regional
Pemkab Wonogiri Butuh Anggaran Rp 70 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Slogohimo

Pemkab Wonogiri Butuh Anggaran Rp 70 Miliar untuk Revitalisasi Pasar Slogohimo

Regional
Pelajar MTs Disetrika Kakak Kelas, Kemenag Evaluasi Keamanan 'Boarding School' di Jateng

Pelajar MTs Disetrika Kakak Kelas, Kemenag Evaluasi Keamanan "Boarding School" di Jateng

Regional
Menilik 'Pilot Project' Rumah Apung di Demak, Digadang-gadang Jadi Solusi Banjir Rob

Menilik "Pilot Project" Rumah Apung di Demak, Digadang-gadang Jadi Solusi Banjir Rob

Regional
Kapal Roro Permata Lestari I Terbakar di Bengkalis

Kapal Roro Permata Lestari I Terbakar di Bengkalis

Regional
Tim Hotman Paris Tangani Kasus Nasifa yang Tewas Tanpa Busana di Kolam Galian

Tim Hotman Paris Tangani Kasus Nasifa yang Tewas Tanpa Busana di Kolam Galian

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com