Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perajin Cobek Batu Kali dari Magetan, tetap Bertahan di Saat Banyak yang Memakai Blender

Kompas.com - 30/03/2024, 14:36 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Sumono (45), warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terlihat mengemasi peralatan sejumlah pahat, palu dan gerinda seiring suara kumandang azan asar.

Sementara suara denting dari pahat batu yang beradu dengan kerasnya batu kali terdengar dari ayunan martil Midi (65), kakak ipar dari Sumono.

Keduanya adalah salah satu penerus pemahat peralatan dapur cobek dari batu kali di desa setempat.

“Tahun 1980-an hampir seluruh kampung di sini membuat batu cobek, uleg-uleg, bahkan nisan dan kijing. Sekarang tinggal kami dan beberapa warga saja,” ujar Sumono, saat ditemui di rumahnya, pada Jumat (29/3/2024).

Baca juga: Mengenal Kue Bolu Khas Magetan, Diburu Warga Saat Ramadhan dan Masih Jadi Menu Favorit Lebaran

Sumono mengaku, sejak kecil sudah membantu orangtua dan kakeknya untuk memahat uleg atau cobek, bahasa setempat menyebut lemper.

“Kalau sampai sekarang ya sudah 35 tahunan wong ini dulu pekerjaan turun temurun warga di sini dari buyut sampai bapak nurun ke saya,” imbuh dia.

Sementara, Midi (65), kakak ipar dari Sumono mengaku, bukan warga asli Desa bogoarum, namun menikah dengan kakak perempuan Sumono sehingga menggeluti pekerjaan memahat cobek batu kali.

Dalam satu hari, Midi mengaku bisa menyelesaikan satu hingga 3 buah cobek dari ukuran diameter 10 hingga 50 sentimeter.

Harga untuk satu cobek berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 250.000 tergantung besarnya diameter cobek.

“Pengasilannya lumayan karena memahat cobek hanya kerja sambilan. Untuk hariannya saya bekerja sebagai tukang bangunan,” ucap dia.

 

Blender turunkan pesanan cobek batu kali

Sumono dan Midi warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan masih menggeluti pekerjaan memahat batu cobek dari batu kali sebagai mata pencaharian mereka. Pangsa pasar dari sejumlah Kabupaten Kota masih membuka peluang untuk mereka meski sebagian besar warga desa telah meninggalkan pekerjaan tersebut.KOMPAS.COM/SUKOCO Sumono dan Midi warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan masih menggeluti pekerjaan memahat batu cobek dari batu kali sebagai mata pencaharian mereka. Pangsa pasar dari sejumlah Kabupaten Kota masih membuka peluang untuk mereka meski sebagian besar warga desa telah meninggalkan pekerjaan tersebut.

Midi mengaku mendapatkan batu dari sungai yang berada di utara desa yang berhulu di kaki Gunung Lawu. Daerah itu merupakan jalur Sungai Gandong dengan muara di Bengawan Madiun.

Batu yang berada di sungai tersebut memiliki kualitas yang sangat bagus untuk dijadikan cobek.

“Batu di sini kualitasnya bagus untuk peralatan dapur karena memiliki kekerasan dan padat. Untuk membentuk batu kita juga harus mengetahui alur urat dari batu ini agar mudah untuk membentuk cobek,” kata Midi.

Kehadiran blender di era tahun 2000-an, membuat sebagain warga Desa Bogoarum memilih pekerjaan lain karena permintaan cobek sepi.

Meski demikian, seiring dengan perkembangan zaman, Sumono dan Midi tetap menggeluti profesi pemahat cobek batu kali.

“Terbukti saat ini pemasaran masih jalan, masih ada permintaan. Karena ibu-ibu terutama masih lebih memilih menghaluskan bumbu pakai cobek,” ujar dia.

Baca juga: Ditinggal Shalat Tarawih, Rumah di Magetan Jadi Sasaran Pencurian

Meski masih menggeluti pekerjaan sebagai pemahat cobek, Sumono mengaku masih bisa menerima pesanan kijing, maupun batu nisan dari batu kali.

Namun, permintaan kijing dari batu kali saat ini sangat menurun drastis dikarenakan maraknya kijing keramik.

“Permintaan batu kijing masih kita layani, tapi permintaan sudah sangat jarang kalau dibilang tidak ada, karena untuk batu kijing harganya bisa mencapai Rp 7 juta. Mahal karena cari bahan batu besar saat ini susah,” ujar dia.

 

Penjualan sampai luar kota

Sumono dan Midi warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan masih menggeluti pekerjaan memahat batu cobek dari batu kali sebagai mata pencaharian mereka. Pangsa pasar dari sejumlah Kabupaten Kota masih membuka peluang untuk mereka meski sebagian besar warga desa telah meninggalkan pekerjaan tersebut.KOMPAS.COM/SUKOCO Sumono dan Midi warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan masih menggeluti pekerjaan memahat batu cobek dari batu kali sebagai mata pencaharian mereka. Pangsa pasar dari sejumlah Kabupaten Kota masih membuka peluang untuk mereka meski sebagian besar warga desa telah meninggalkan pekerjaan tersebut.

Batu cobek dari Desa Bogoarum hasil pahatan Midi maupaun Sumono tak sulit untuk dijual karena ada pedagang yang datang ke desanya.

Pemasaran batu cobek selain di wilayah Magetan juga sampai ke Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Karanganayar, Kabupaten Madiun, bahkan sampai ke Kabupaten Ngawi.

“Biasanya kalau Lebaran banyak juga yang mencari untuk oleh-oleh dibawa ke Surabaya atau ke Jakarta, karena mereka tahu cobek dari Bogoarum itu asli dari batu kali. Untuk penggunaanya bisa puluhan tahun,” kata Sumono.

Baca juga: Sepi Order dan Harga Bahan Baku Naik, Perajin Cincau di Magetan Pilih Tunda Produksi

Di tengah kemajuan zaman dengan keberadaan blender, batu cobek masih tetap diminati oleh warga untuk menghaluskan bumbu dapur maupun untuk membuat sambal.

Ratna, salah satu warga Magetan mengaku, ada peberdaan rasa ketika sambal dibuat dengan menggunakan batu cobek dari batu kali.

"Untuk membuat sambal lebih sedap menggunakan cobek, mungkin ada unsur mineral barangkali ya. Untuk menghaluskan bumbu masakan juga pengaruh dirasa saat diaplikasikan di masakan. Saya tetap menggunakan cobek untuk sambal dan bumbu, meski ada blender di rumah,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

BMKG Prediksi Sumbar Hujan Lebat, Masyarakat Diimbau Perhatikan Peringatan Dini

Regional
Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Kepiluan Korban Banjir Lahar Dingin, Sawah dan Ladang Berubah Jadi Tumpukan Batu

Regional
Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Mayat Pria yang Ditemukan di Semarang Ternyata Sempat Dikeroyok hingga Tenggelam di Sungai

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Tolak Dipimpin Kades Mantan Napi TPPO, Warga di Lombok Timur Segel Kantor Desa

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Dugaan Korupsi Insentif Pajak, 235 Dokumen BPKD Aceh Barat Disita

Regional
Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Ibu Kandungnya Divonis 8 Bulan Penjara, Norma Risma: Lega tapi Berat

Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Gunung Lewotobi Laki-laki 2 Kali Meletus Pagi Ini, Disertai Gemuruh

Regional
Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Komplotan Pembobol Rumah di Semarang Pura-pura Jualan Minyak Urut untuk Cari Target

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com