"Emang (produksi dan jual) bulan Ramadhan saja. Kalau sehari-hari jualan nasi," kata Mamad.
Pegiat Sejarah Bantenologi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Aris Munzihat menyebut, ketan bintul hadir sejak abad ke 16 pada masa Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin.
Dikatakan Aris, ketan bintul menjadi makanan favorit berbuka puasa Sultan pada saat itu.
"Secara historisnya bahwa ketan bintul merupakan kudapan yang disukai oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang saat itu menjadi raja Banten pada abad ke-16," kata Aris
Aris menyebut, ketan bintul menjadi makanan favorit Sultan karena memiliki cita rasa yang legit, gurih, dan biasanya dipadukan dengan gulai kambing.
Diceritakan Aris, ketan bintul menyebar dan disukai masyarakat Banten berawal ketika Sultan melakukan perjalanan di bulan Ramadhan untuk bertemu rakyatnya.
Sebelum berangkat, Sultan membawa bekal ketan bintul untuk berbuka puasa.
Sesampainya di permukiman warga yang ia singgahi, Sultan memberi bekal ketan bintul itu untuk berbuka puasa bersama masyarakat.
Sejak itu, masyarakat mengenal dan tahu makanan ketan bintul yang hingga kini tak pernah absen hadir selama bulan Ramadhan.
"Akhirnya mulailah tersebar di kalangan masyarakat bahwa ternyata ketan bintul memiliki cita rasa yang enak sebagai sebuah makanan kudapan," ungkap Aris.
Selain itu, ketan bintul menjadi simbol penghargaan dari masyarakat untuk Sultan yang hanya ada di bulan Ramadhan.
Pada saat ini, masyarakat Banten selalu merindukan datangnya bulan Ramadhan karena menjadi takjil yang selalu ada saat buka puasa.
"Ketan bintul menjadi simbol bahwa akan adanya bulan puasa. Makanya penyebaran ketan bintul di kalangan masyarakat Banten hanya hadir di bulan Ramadhan saja," jelas dia.
Ketan bintul yang berbahan dasar beras ketan juga menjadi simbol pemersatu dan persaudaraan antara sultan dengan masyarakat Banten.
"Ketan yang lengket dan itu dijadikan filosofi bahwa sultan itu tidak hanya memikirkan keluarganya. Tapi bagaiamana sultan juga memberikan makanan untuk masyarakatnya sebagai perekat, untuk simbol persaudaraan antara sultan dengan masyarakat," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.