Sebelum diangkat, beras disiram menggunakan air yang dicampur minyak sayur dan garam.
Setelah matang, ketan diangkat lalu ditumbuk dalam kondisi panas hingga lembut.
Ketan pun disimpan di nampan untuk didinginkan sebelum dibawa ke lapak jualan di Pasar Lama, Kota Serang.
Sedangkan empal daging diracik menggunakan bumbu-bumbu terbaik yang langsung dipilih oleh H Mamad.
Untuk proses memasaknya masih tradisional, masih menggunakan kayu bakar. Waktu memasak yang lama membuat daging empuk dan bumbu meresap nikmat.
Adapun bumbu empal daging menggunakan santan, cabai merah, cabai hijau, lengkuas, jahe, daun salam, dan bumbu lainnya.
Di lapak penjualan, ketan dipotong-potong kecil, lalu ditabur serundeng, kemudian dibungkus daun pisang.
Sedangkan kuah empal daging dimasukan ke dalam plastik untuk menjadi pelengkap hidangan ketan bintul.
"Jadi ketan bintul (disajikan) sama empal daging. Kalau serundeng itu bumbunya," ujar Mamad.
Satu porsi ketan bintul dihargai Rp 20.000. Sedangkan empal daging Rp 25.000.
"Emang buat buka, (ketan bintul ini) khas Serang. Iya zaman dulu (kesukaan sultan)," ucap Mamad.
Meski memproduksi dengan jumlah banyak, ketan bintul habis diburu warga Kota Serang dan sekitarnya dalam waktu 4 jam.
Pundi-pundi rupiah pun didapatnya dari bisnis makanan peninggalan sultan Banten itu.
Ramainya peminat tak membuat H Mamad memproduksi dan menjual ketan bintul di luar bulan Ramadhan.
Sehari-hari, keluarga H Mamad hanya berjualan nasi uduk dan empal daging saja.