KOMPAS.com - Seorang siswi bernama Bela Cintia (14) menjadi korban peluru nyasar dan belum mendapatkan tindakan selama sebulan.
Peluru dari tembakan dari orang tak dikenal ini mengenai siswi kelas 3 MTs Pilubang, Pariaman, Sumatera Barat ini masih bersarang di bagian perutnya.
Insiden ini bermula saat Bela pulang sekolah jalan kaki bersama tujuh rekannya.
Namun saat berada di kawasan Sungai Lawai Korong Balekok, Nagari Kuranji Hulu, korban mendengar suara dentuman di atap rumah milik warga.
Saat itu juga korban merasa sakit di bagian perut sebelah kiri dan terjatuh dengan kondisi berdarah.
Baca juga: Bocah SMP di Pariaman Jadi Korban Peluru Nyasar, Proyektil Bersarang di Perut Hampir Sebulan
Pihak keluarga kemudian membawa anak kelima dari enam bersaudara itu ke Puskesmas Sungai Limau.
Lalu ia dievakuasi ke RSUD Pariaman. Pada Jumat (26/2/2024), Bela menjalani operasi, tetapi proyektil yang bersarang di perutnya gagal dikeluarkan.
"Kata dokter, posisinya (peluru) berpindah-pindah. Sehingga tidak bisa dikeluarkan," ujar Leni, ibu Bela mengingat detail percakapan dokter di pagi yang menegangkan itu.
Setelah gagal melakukan operasi, dokter meminta persetujuan padanya untuk melanjutkan operasi dengan dampak bisa terjadi pendarahan pada Bela.
Persetujuan itu tidak diamini begitu saja oleh Leni, ia meminta juga saran dari dokter bersangkutan, supaya anak gadisnya bisa selamat.
Pilihan dokter pagi itu tidak melanjutkan operasi, luka tembak di bagian kiri perut bela ditutup kembali.
Siswa kelas 3 MTS tersebut harus rela menjalani harinya bersama satu butir peluru hingga hari ini.
Lima hari awal menjalani harinya bersama satu butir peluru, Bela tidak bisa bergerak sedikitpun, hanya menangis.
Baca juga: Risma Beri Santunan Rp 15 Juta bagi Ahli Waris Korban Longsor dan Banjir Padang Pariaman
Semua aktifitas seperti makan, minum dan buang air besar ia lakukan dalam kondisi terlentang.
Beberapa hari masih menahan sakit, sebelum akhirnya ia bisa beradaptasi dan beraktifitas, meski hanya aktifitas ringan," jelas Leni.
Operasi Bela juga terkendala biaya sehingga harus bersabar menunggu operasi lanjutan.
Gadis malang itu harus hidup bersama sebutir peluru tersebut. Setelah operasinya gagal di RSUD Pariaman sehari pasca kejadian.
Akibat kegagalan operasi itu, Bela harus menunggu selama tiga bulan sejak operasi pertama.
"Menurut dokter operasi lanjutan bisa dilakukan setelah luka operasi pertama mengering. Jadi harus menunggu," ujar ibu Bela, Leni Marlina.
Tiga bulan bukan waktu yang sebentar bagi Bela, ia harus hidup bersama peluru tersebut didampingi rasa takut dan trauma.
Siswa kelas tiga MTS itu harus membiarkan sekolahnya terbang kalai selama menunggu operasi lanjutan.
Pasalnya remaja berusia 14 tahun tersebut masih susah untuk beraktivitas berat.
Diberitakan sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Pariaman AKP Muhamad Arvi membenarkan kejadian tersebut.
Ia mengatakan, kasus tersebut dilaporkan oleh keluarga korban ke Polsek Sungai Geringging.
Baca juga: Anies ke Padang Pariaman, Berikan Bantuan ke Korban Banjir dan Longsor
"Pelapor bernama Ali Mukminin (35), warga Katiduran Anggang Korong Kubu Pinjauan Nagari Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau. Sedangkan terlapor masih dalam lidik," terang Arvi.
Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap pelaku penembakan tersebut.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Terkendala Biaya, Korban Penembakan di Padang Pariaman Sabar Menunggu Operasi Lanjutan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.