Bubur tersebut terbuat dari bawang merah, bawang putih, bawang prei, pandan, daun salam, dan wortel serta rempah-rempah seperti sereh, kayu manis, jahe dan garam.
Bahan-bahan itu kemudian dicampur dengan beras dimasak dalam panci raksasa, persis di atas tungku kayu yang usianya sudah ratusan tahun.
Selama tiga jam, tiga juru masak tersebut bergantian mengaduk olahan bubur dan mereka bergantian mengatur api di tungku api tradisional ini. Waktu memasak ini dimulai dari usai sholat Dzuhur hingga adzan Ashar berkumandang.
Setiap harinya, dia memasak 600 mangkok bubur yang diberikan kepada warga setempat maupun warga yang sengaja datang ke Masjid tersebut.
"Ada 200 mangkok yang kita bagikan di masjid terus 400 an kita bagikan ke warga sekitar," kata dia.
Dalam sehari, untuk membuat Bubur India dapat menghabiskan 20 kilogram beras. Hal itu akan terus dilakukan selama Bulan Ramadhan selesai.
"Bubur India adanya setiap Ramadan di Masjid Jami Pekojan," imbuhnya.
Dia menjelaskan, sampai saat ini resep Bubur India tak pernah berubah. Resep tersebut turun-temurun yang dibawa dari Gujarat.
"Mungkin dari Gujarat, makannya dikasih nama Bubur India," ucap Basrin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.