Selain lontong, para pedagang juga menyediakan beraneka macam sayur dan lauk pauk.
Seperti plecing kangkung, ebatan, opor hingga aneka sate dengan bumbu pedas khas Lombok.
Puncaknya pada H-1 Lebaran hingga Lebaran ketupat, banyak warga Punia menggelar dagangan di pinggir-pinggir jalan.
Dengan menggunakan meja-meja kecil, puluhan pedagang dadakan ini menjual aneka masakan khas lebaran seperti ketupat, lontong, sayur opor, jaje tujak, hingga jajan bantal khas Lombok.
Baca juga: 8 Tradisi Daerah di Indonesia untuk Sambut Ramadhan
Omzet penjualan lontong dan ketupat pun ikut melonjak saat Lebaran. Jika hari biasa perajin lontong rata-rata membuat 25 kilogram beras untuk dijual di pasar, pada hari raya pembuatan lontong bisa mencapai 30-35 kilogram.
Selain perajin lontong yang memang setiap hari berjualan, menjelang Lebaran banyak warga Punia yang tadinya tidak berjualan lontong ikut membuat lontong.
Sejumlah warga bahkan membuat lontong dan merebusnya di pinggir jalan utama kampung Punia.
Suyudi mengatakan, meski hanya berjualan saat hari raya, bukan berarti penjual musiman ini tidak memiliki keahlian dalam membuat lontong dan ketupat.
"Yang mendadak ini bukan tidak punya skill karena lingkungan mereka secara tidak langsung sudah mengajarkan cara rebus, cara masukkan beras dalam daun, cara memanaskan api, dan berapa lama dia direbus. Jadi yang bukan pembuat (pengrajin) lontong, karena sehari-hari lihat cara membuat lontong pasti tahu," kata Suyudi.
Suyudi menambahkan, saat ini pihak kelurahan Punia telah melakukan pendataan terhadap perajin lontong yang ada di kelurahan Punia.
Pihaknya juga menggandeng OPD terkait untuk membina UMKM lontong dari segi kemasan dan segi higienis. Selain itu, pihak Kelurahan juga mendorong warga memanfaatkan media sosial untuk pemasaran lontong.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.