Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjalan-jalan ke "Kampung Lontong" Punia di Mataram

Kompas.com - 13/03/2024, 04:00 WIB
Karnia Septia,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com -Sebuah Kampung di Kelurahan Punia, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal dengan julukan kampung lontong.

Sebutan itu muncul karena banyak warga yang berdomisili di kampung tersebut berprofesi sebagai perajin lontong.

Baca juga: Mandi Balimau Kasai di Sungai Kampar, Tradisi Bersihkan Diri Jelang Ramadhan

Kampung lontong terletak di Kelurahan Punia, Kota Mataram, tepatnya di lingkungan Karang Kateng dan Karang Kelayu.

Saat Kompas.com berkunjung pada Selasa (12/3/2024) sore, sejumlah warga di sepanjang gang Lingkungan Punia Karang Kateng tampak sibuk.

Beberapa di antara mereka sedang mengisi beras ke dalam daun pisang. Sedangkan yang lainnya mengelap daun pisang yang akan dijadikan sebagai pembungkus.

Jalan Kelurahan Punia, pedagang lontong banyak berjejer di pinggir jalan ini puncaknya saat H-1 lebaran sampai lebaran ketupat. Jalan Kelurahan Punia, pedagang lontong banyak berjejer di pinggir jalan ini puncaknya saat H-1 lebaran sampai lebaran ketupat.

Nur Istiarah (42), warga lingkungan Karang Keteng Punia yang sehari-hari membuat lontong, baru saja selesai mengelap ratusan lembar daun pisang.

Beberapa kantong beras dituang ke dalam satu ember besar. Istiarah mencampurnya dengan garam lalu mengaduknya sampai tercampur rata.

"Biar ada rasanya, biar tidak hambar," kata Istiarah sambil mengaduk beras.

 

30 kg beras sehari

Setiap hari Istiarah membuat 25-30 kilogram beras untuk dijadikan lontong.

Beras yang digunakan merupakan campuran antara beras kualitas premium dan beras medium.

Setelah beras siap, Istiarah duduk di teras rumahnya dan mulai mengisi lontong. Dengan terampil, tangan Istiarah lalu membentuk daun pisang menyerupai kerucut, mengisinya dengan beras, dan menyematkan dengan lidi.

Berbeda dengan lontong di daerah lain, lontong khas Lombok rata-rata berbentuk seperti kerucut dengan ujung lancip. Lontong-lontong berbentuk kerucut ini lalu ditata di dalam panci berukuran besar dan direbus selama delapan jam.

"Ada ukuran besar, tanggung sama ukuran kecil,"  kata Istiarah.

Salah satu pengrajin lontong saat membuat lontong di Kelurahan Punia, Kota Mataram, NTB, Jumat (8/3/2024).KOMPAS.COM/KARNIA SEPTIA KUSUMANINGRUM Salah satu pengrajin lontong saat membuat lontong di Kelurahan Punia, Kota Mataram, NTB, Jumat (8/3/2024).

 

Proses perebusan lontong biasanya dimulai malam hari sekitar pukul 20.00 Wita hingga pagi hari pukul 04.00 Wita.

Setiap pagi usai shalat Subuh, lontong yang baru matang ditata di dalam bakul dan diangkut ke pasar-pasar tradisional di seputaran kota Mataram untuk dijual.

Halaman:


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com