Menurutnya, kenaikan harga gabah saat ini tidak begitu berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan karena biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi.
Seperti halnya di masa panen seperti saat ini, dalam satu karung gabah saja ia harus mengeluarkan biaya Rp 100.000.
Biaya tersebut dihabiskan untuk menyewa mobil pemanen padi Rp 50.000 per karung, kemudian sewa buruh angkut Rp 30.000 dan ditambah beli karung serta konsumsi buruh panen.
"Keuntungan bertani sawah ada tapi sangat tipis, karena biaya produksinya tinggi. Harga pupuk dan obat-obatan ini kan tidak pernah turun," keluhnya.
Adi mengatakan, sampai hari ini masih bertahan menggarap lahan sawah karena hasil panen padi disimpan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan lain, ia mengandalkan hasil jual beli sapi ke wilayah Bima.
"Padinya tidak saya jual, simpan buat stok di rumah saja, sedangkan untuk kebutuhan lain saya penuhi dari beternak sapi ini," kata Adi.
Baca juga: Pupuk Subsidi Tak Mencukupi, Petani di Pematangsiantar Berutang
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu, Muhammad Syahroni mengungkapkan, harga beras saat ini cenderung terus mengalami kenaikan.
Namun kondisi sebaliknya terjadi pada gabah, yang mana harganya justru merangkak turun di tingkat petani.
Kondisi ini dinilai terjadi karena ada perubahan pola dalam mengelola hasil pertanian oleh para petani di Dompu, seperti halnya mereka tidak lagi menyetok gabah di rumah melainkan langsung menjualnya ke tengkulak.
"Kemudian juga sekarang ini penggilingan kecil tidak lagi kekurangan bahan baku, karena itu tadi gabah itu sudah diambil oleh pengusaha," kata Syahroni saat ditemui, Senin (4/3/2024).
Hal lain yang juga turut mempengaruhi, lanjut dia, yakni perilaku konsumsi masyarakat yang tidak berubah, namun pola produksi petani justru berubah karena faktor cuaca.
Faktor cuaca ini membuat waktu tanam petani mundur sehingga memicu terjadinya kelangkaan stok beras yang berimbas pada naiknya harga.
"Konsekuensi kemunduran jadwal tanam itu produknya jadi terbatas. Hal-hal itu yang menyebabkan harga beras naik dan gabah menurun," jelasnya.
Syahroni mengaku sulit menekan penyempitan lahan pertanian akibat pengalihan untuk pembangunan.
Namun, alternatif yang diambil saat ini adalah meningkatkan indeks pertanaman petani dengan mendukung pembangunan saluran irigasi, sumur bor dan jalan usaha tani.
Dengan beberapa upaya ini diharapkan areal pertanian yang dulunya hanya bisa menggarap lahan sekali dalam setahun bisa berubah menjadi dua atau tiga kali setahun.
"Kita tutupi lahan menyempit ini dengan menaikan indeksnya. Kita bantu juga dengan penyaluran pupuk subsidi, tetapi inikan kebijakan nasional, kita hanya dikasi sesuai kuota," terangnya.
Muhammad Syahroni mengatakan, Pemkab Dompu memang sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang perlindungan dan pemberdayaan petani tahun 2022.
Regulasi ini dinilai akan sangat membantu para petani dalam banyak hal, salah satunya untuk menstabilkan harga penjualan gabah.
Namun demikian, sampai saat ini regulasi tersebut belum ada tindak lanjut dari pemangku kebijakan.
"Ketika harga dibawah HPP, idealnya harus ada stabilisasi harga oleh pemerintah. Itukan secara konsep tapi operasional tidak sesederhana itu. Sementara realisasinya belum ada, langkah kita seperti apa, saya inikan dibatasi oleh kewenangan," kata Syahroni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.