“Harapan kami semoga Presiden yang terpilih melihat kami yang tinggal di dalam hutan, peduli pada kami memberikan bantuan,” sebutnya.
Menurut Meluring pada tahun 2015 Presiden Joko Widodo mengunjungi Orang Rimba di Bukit Suban. Kunjungan Presiden ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi mereka.
Kunjungan kepala negara ke Orang Rimba membawa harapan untuk penyelesaian persoalan dasar yang dihadapi Orang Rimba terutama pengakuan hak dan kesetaraan atas ruang hidup yang masih menjadi perjuangan Orang Rimba hingga kini.
“Kalau dia tidak ke sini mana tahu kondisi kami,” katanya.
Meriau (45) salah seorang pemilih Orang Rimba yang tinggal di dalam perkebunan kepala sawit menyatakan harapan yang sama. Siapa pun presiden terpilih nanti, hendaknya mengunjungi dan memperhatikan Orang Rimba.
“Bisa bertemu dengan Orang Rimba. Jadi mengetahui apa yang dibutuhkan oleh Orang Rimba,” katanya.
Meriau sejak lama berharap punya sumber penghidupan yang jelas dan tidak terus menerus menumpang dalam perkebunan kelapa sawit. Ingin mendapat pengakuan sebagai warga negara dan memiliki tempat hidup yang layak.
Namun apa daya, hingga kini harapannya masih menjadi harapan, tetap berupaya mengikuti bagian penting dalam kehidupan bernegara dengan harapan bisa mendapatkan perhatian dari negara untuk solusi paling tepat bagi kelangsungan hidupnya di masa depan.
Pemilu kali ini, memang lebih banyak mencatatkan nama-nama Orang Rimba dalam DPT, dan mendapatkan undangan ke TPS terdekat. Hanya saja banyaknya kertas suara dan nama-nama yang tertera di kertas suara tersebut sangat menyulitkan.
Orang Rimba relatif tidak kenal dengan calon yang akan dipilihnya, dan sistem kertas suara yang sangat banyak.
Dengan lima kertas suara, dan hanya untuk pemilihan presiden dan DPD yang mencantumkan foto peserta pemilu. Sedangkan yang lainnya, hanya kertas dengan lambang partai dan sederetan nama-nama yang tidak mereka kenal.
Hal ini sangat menyulitkan Orang Rimba, terutama bagi kaum perempuan. Sejak datang pada pagi hari, mereka tidak langsung menuju tempat pendaftaran, namun lebih memilih mengamati terlebih dahulu papan yang tertera nama-nama peserta pemilu.
Meluring berusaha menjelaskan dan membacakan nama-nama yang tertera di papan kepada Orang Rimba. Namun tetap saja mereka sulit menentukan siapa yang akan dipilih.
“Hopi tentu (tidak tahu),” kata Nidai (37) salah seorang perempuan Rimba ketika ditanya sudah memiliki pilihan dari kandidat calon presiden dan calon legislatif.