Pihak sekolah kembali berjuang meminjam gedung pemerintah lain yang kebetulan ada di samping sekolah.
"Bangunan pemerintah di sebelahnya juga sebenarnya sudah roboh. Tapi dia robohnya cuma tiang panggungnya, bangunannya masih layak. Kita pindah ke sebelahnya. Kalau dihitung sampai hari ini, kita gunakan gedung tersebut sudah empat tahun," tuturnya.
Baca juga: [HOAKS] Pendaftaran Transmigrasi di Kalimantan Tengah
Aktivitas belajar mengajar kembali berlangsung normal. Antusiasme anak-anak juga cukup tinggi.
Hanya satu kendala mereka untuk ke sekolah, cuaca buruk, akan membuat jalanan menjadi sulit dilewati, sehingga mereka tidak bisa bertemu teman-temannya dan mengikuti pelajaran.
"Sekarang, kita sudah ada truk perusahaan yang bantu. Semoga saja kemudahan demi kemudahan kami dapatkan demi keberlangsungan pendidikan anak-anak kita. Meski kondisinya begini, sekolah SMP ini sudah sembilan kali meluluskan anak anak," lanjutnya.
Baca juga: 8 Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran 2023, Lulus Bisa Jadi CPNS
Kisah SMP Filial Budi luhur tersebut sempat viral di 2020. Saat itu ada suami salah satu guru yang memposting kondisi sekolah tersebut.
Banyak warga prihatin, dan mengirimkan bantuan papan, seng, juga membantu berdirinya ruang kelas baru agar anak anak trans nyaman untuk belajar.
Lurah Nunukan Barat, Julziansyah juga mencoba menceritakan kondisi tersebut pada perusahaan PT MHE (Murdaya Hydro Energy).
"Alhamdulillah, saat ini, sekolah bangunan sekolah SMP dari bantuan perusahaan sudah selesai. Minggu depan, kita belajar di gedung baru. Semoga menambah semangat anak-anak kita untuk belajar," harap Sugeng.
Bangunan sekolah dengan 3 rombel dan 1 ruang kantor permanen, kini sedang tahap finishing.
Baca juga: 8 Sekolah Kedinasan, Lulus Bisa Jadi CPNS hingga Biaya Pendidikan Gratis
Dan secara kebetulan, gedung SMP Filial Budi Luhur, berada satu areal dengan SD Filial dan Pustu.
Ketiganya, mendapat perhatian khusus perusahaan yang komitmen mencurahkan bantuan bagi fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi warga transmigrasi.
Sugeng juga mengatakan, ia dan para warga transmigrasi lain, hanya bisa bersyukur dan berterima kasih.
"Kalau mau bicara tentang warga transmigrasi SP 5 Sebakis, sampai hari ini mereka belum menerima lahan usaha dan lahan plasma. Mereka harus bekerja serabutan untuk hidup. Tapi untuk keberlangsungan pendidikan anak anak dan pelayanan kesehatan, mereka kini bisa bernapas lega," pungkasnya.
Baca juga: Setelah Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Langkah Selanjutnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.