Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Jenazah Perempuan dengan HIV Ditolak Warga...

Kompas.com - 01/02/2024, 06:00 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Indonesia menargetkan negara bebas HIV-AIDS pada tahun 2030 – tetapi stigma dan diskriminasi masih saja terjadi. Kasus paling anyar terjadi di Surabaya, Jawa Timur, ketika jenazah perempuan dengan HIV-AIDS (ODHA) sempat terbengkalai selama beberapa jam sebelum akhirnya relawan turun tangan.

Jenazah perempuan berinisial ES itu meninggal dunia, pada Senin (29/01). Namun, warga setempat menolak untuk memandikan dan mengafani jenazahnya. Pemulasaraan jenazah almarhumah ES akhirnya ditangani oleh relawan pendamping ODHA.

ES, 49 tahun, adalah seorang perempuan yang semasa hidupnya bekerja sebagai pekerja seks komersil (PSK) dan memiliki seorang putri berusia 12 tahun.

Baca juga: Kota Semarang Catat 7.943 Kasus HIV dalam 28 Tahun Terakhir

Menurut data Kementerian Kesehatan, PSK adalah satu dari empat populasi kunci dalam program pemerintah untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Ketiga populasi kunci lainnya yakni pengguna narkoba suntik, waria (transpuan), dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki.

Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) mengatakan bahwa perempuan dengan status HIV positif semakin terpojok karena kerap memperoleh tindak kekerasan dan diskriminasi.

Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) – jaringan nasional yang mengadvokasi pekerja seks di Indonesia – merilis data kasus kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap PSK untuk tahun 2019, 2020, dan 2021.

PSK perempuan adalah yang paling rentan untuk mengalami kekerasan dan pelanggaran HAM. Pada 2021 saja, dari 282 kasus kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap PSK di Indonesia, 259 di antaranya dialami PSK perempuan.

Data OPSI juga memperlihatkan Jawa Timur termasuk daerah dengan kasus kekerasan terhadap PSK terbesar dengan 88 kasus pada 2021 atau mengalami peningkatan dari 76 kasus pada 2020.

Baca juga: Kisah Puta, Sempat Menyiapkan Makam Sendiri karena HIV/AIDS, Kini Rangkul Ribuan ODHA Jateng Bangkit Bersama

Jenazah ES ditolak warga

Ilustrasi AIDS, ilustrasi HIV/AIDS, 10 Rekomendasi Penanganan HIV/AIDS dari PB IDIShutterstock/serhii.suravikin Ilustrasi AIDS, ilustrasi HIV/AIDS, 10 Rekomendasi Penanganan HIV/AIDS dari PB IDI
Rini, relawan dari Yayasan Orbit Surabaya – LSM yang bergerak untuk pendampingan korban narkoba dan pengidap HIV-AIDS – mengatakan dirinya bersama dua relawan lain, Marwah dan Anies, akhirnya turun tangan mengurus pemulasaraan jenazah ES yang ditolak warga setempat.

Sebagai aktivis pendamping kaum rentan sosial seperti ES, Rini mengatakan ES terdeteksi sebagai ODHA sejak awal Desember 2023 dengan diagnosa awal sakit lambung.

"Awalnya dia sakit-sakitan, itu November. Sempat mendapat perawatan di RS Haji dua kali. Membaik, pulang, dan harus kontrol lagi dua minggu sekali. Tapi kondisinya semakin menurun, karena seharusnya ada jadwal kontrol di awal Januari tapi tidak berangkat," ujar Rini kepada wartawan di Surabaya, Roni Fauzan, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Terus saya mendapat kabar kemarin (29/01), ES meninggal subuh,” lanjutnya.

Baca juga: Seorang Pria Penyintas HIV asal Cianjur Suspect Cacar Monyet

Pada Senin (29/01) pukul 9 pagi, Rini mendapat laporan bahwa tidak ada seorang pun yang datang merawat jenazahnya, termasuk modin (petugas sosial laki-laki dan perempuan dalam satu kawasan RW yang khusus mengurusi pernikahan dan kematian warga menurut agama Islam).

"Lho kok bisa? Saya pun akhirnya datang jam 09.30 setelah koordinasi dengan teman [relawan] lainnya. Gak onok uwong blas [tidak ada orang sama sekali].”

“Saya datang minta tolong untuk disiapkan alat memandikan jenazah, baru disiapkan. Itu pun siap dimandikan jam 1 siang", terang Rini.

"Jujur, saya sebagai pendamping ODHA pun masih awam memandikan jenazah. Untungnya ada teman kami Mbak Marwah yang bisa. Saya dan Mbak Anies pun sebisa-bisanya membantu," lanjutnya.

Rini mengungkapkan jenazah ES tidak tertangani begitu lama karena warga, perangkat kampung dan Modin “takut”.

Baca juga: Aplikasi Layanan Kesehatan untuk Orang HIV/AIDS Diluncurkan

"Alasannya karena takut. Padahal sebagai Modin, pasti sudah mendapatkan pelatihan menangani jenazah, termasuk yang ODHA. Yang melatih ya Dinas Kesehatan. Jadi nggak perlu takut. Yang tampak datang di situ lho hanya Modin laki-laki. Setelah selesai dikafani, bersih, Pak Modin dan asistennya inilah yang menyolati dan mendoakan jenazah, sampai di makamnya juga", ujar Rini.

ES pun akhirnya dimakamkan pada pukul 15.00 WIB. Ternyata kejadian ini tak hanya sekali ini saja terjadi.

Rini, yang tinggal tidak jauh dari ES, mengatakan peristiwa serupa sebelumnya pernah terjadi beberapa kali di kampung di Kecamatan Sawahan. Sebagai konteks, lokasi kampung ini berdekatan dengan eks lokalisasi Dolly dan area pemakaman Kembang Kuning, Surabaya.

"Seperti halnya tahun kemarin. Inisial AS pun nggak ada yang memandikan. Alasannya sama, takut," kata Rini.

Baca juga: Kepemimpinan Komunitas Melawan HIV AIDS

"Penyakit yang menakutkan, ya to?"

Banyak komplikasi HIV yang bisa terjadi karena virus melemahkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi penyakit. Komplikasi yang bisa terjadi di antaranya, infeksi herpes simpleks, pneumonia, dan limfoma.  Banyak komplikasi HIV yang bisa terjadi karena virus melemahkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi penyakit. Komplikasi yang bisa terjadi di antaranya, infeksi herpes simpleks, pneumonia, dan limfoma.
Secara terpisah, Heri selaku modin di kampung tempat ES tinggal, mengakui memang kalau masih banyak warga yang merasa takut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Mobil Brimob Dicuri di Bandara Sentani, Pelaku Ditangkap Usai Ban Mobil Ditembak

Regional
Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Mengenal Urban Hiking Semarang, Komunitas Pejalan Kaki yang Hobi Menanjaki Perkampungan

Regional
Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Gibran Izin Tak Masuk Kerja 5 Hari untuk Kunker ke UEA dan Qatar

Regional
Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Cerita Abdul Hamid Korban Banjir Nunukan, Tidur Memeluk Parang untuk Usir Buaya dan Ular Hitam

Regional
Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Bupati HST Lepas 125 Atlet Popda Tingkat Provinsi Kalsel 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Update Banjir Bandang di Agam, 6 Meninggal, 11 Orang Belum Ditemukan

Regional
Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Banjir Padang Panjang, 2 Warga Hilang, Belasan Rumah Terendam

Regional
Korban Tewas akibat Banjir Lahar Gunung Marapi Bertambah Jadi 14 Orang

Korban Tewas akibat Banjir Lahar Gunung Marapi Bertambah Jadi 14 Orang

Regional
Terjerat Alang-alang, Pendaki asal Kendal Terjatuh ke Jurang Gunung Andong

Terjerat Alang-alang, Pendaki asal Kendal Terjatuh ke Jurang Gunung Andong

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com