Yustin hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia selalu berharap agar erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki segera berakhir.
"Kita selalu was-was saja, apalagi sekarang sudah di level awas. Kami takut letusan dahsyat akan terjadi," pungkasnya.
Situasi serupa dialami Lusia Nidu Witi (47) dan Theresia Mona Wolor (36), warga Desa Nawokote.
Baca juga: Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Jangan Mendekat di Radius 5 Km
Sejak 1 Januari 2024, keduanya bersama ratusan warga mengungsi ke rumah warga di Desa Hewa. Jaraknya sekitar 15 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Lusia bercerita, selama di tempat pengungsian, mereka diperlakukan secara baik oleh pemilik rumah maupun pemerintah setempat.
"Kami di sini diperhatikan sangat baik, karena ada juga pemilik rumah masih memiliki hubungan keluarga dengan pengungsi," ujarnya.
Baca juga: Gunung Lewotobi Kembali Meletus dan Bergemuruh Malam Ini, Warga Panik
Hanya saja, pikirannya tidak tenang. Ia selalu membayangkan kondisi yang terjadi di hari esok. Apalagi aktivitas gunung Lewotobi Laki-laki terus meningkat.
Lusia mencoba mengumpulkan keberanian untuk kembali ke Nawokote sekadar memastikan keadaan rumah dan ternak peliharaannya. Hanya saja ia masih takut.
"Sampai sekarang masih cemas, untuk kasih makan ternak nanti suami saya. Dia pergi pagi, pulang sore. Kadang pulang lebih awal kalau gemuruh," pungkasnya.