Monumen Sempor dibangun untuk mengenang pekerja dan warga yang menjadi korban jebolnya Waduk Sempor pada tahun 1967.
Waduk Sempor adalah danau buatan yang berfungsi untuk menghidupi wilayah agraris masyarakat sekitar.
Baca juga: Waduk Logung di Kudus: Daya Tarik, Manfaat, dan Rute
Secara geografis, wilayah Kebumen bersinggungan dengan laut selatan yang bersuhu tinggi.
Sehingga, kegiatan petanian wilayah tersebut sangat bergantung musim penghujan untuk mengairi pertanian.
Setiap tahun masyarakat sekitar mengalami kekurangan pasoakan air.
Setelah penyerahan kedaulatan, Pemerintah Indonesia menggalakan pembangunan Waduk Sempor untuk membangun tempat penampunang air.
Pemilihan wilayah pembangunan waduk di Desa Sempor dan Desa Kedungwringin karena kedua tempat tersebut dilintasi sungai besar yag mengalir dari Pegunungan Serayu.
Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Cincingguling dan dua anakannya, yaitu Sungai Sampang dan Sungai Kedungwringin.
Pembangunan Waduk Sempor dilaksanakan pada tahun 1958 dengan harapan mampu menampung air sebanyak 68 juta meter per kubik.
Pembangunan Waduk Sempor memakan waktu cukup lama karena alasan pembebasan lahan.
Waktu pembangunan waduk semakin panjang setelah waduk jebol pada tanggal 27 November 1967.
Akibatnya, waduk dibangun ulanng pada masa pemerintahan Presiden Soeharto melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I
Peresmian Waduk Sempor dilakukan pada tanggal 1 Maret 1978 dengan tanda tangan prasasti oleh Presiden Soeharto.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati wisata Waduk Sempor akan dikenakan biaya sebesar Rp 5.000.
Baca juga: Waduk Mulur di Sukoharjo: Daya Tarik, Harga Tiket, Jam Buka, dan Rute
Harga dapat berubah sewaktu-waktu.