Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di-PHK Setelah Bekerja 12 Tahun, Suryanto Bangkit dengan Singkong

Kompas.com - 09/01/2024, 13:33 WIB
Dian Ade Permana,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 menjadi masa tak terlupakan bagi Suryanto (37), warga Dusun Lorog Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Setelah bekerja selama 12 tahun di sebuah tempat fotokopi, Suryanto harus menerima kenyataan dirinya di-PHK.

"Saat itu rasanya seperti gelap gulita, masa-masa sulit karena saya tak punya keahlian lain. Kehilangan pekerjaan, sementara anak istri membutuhkan nafkah," jelasnya di sela diskusi Menuju Masa Depan Pemberdayaan Berkelanjutan di Serabut Nusa Cafe, Selasa (9/1/2024).

Baca juga: Kisah Daerah Penghasil Buah Naga Terbesar di Indonesia dan Inovasi Puting Si Naga

Suryanto mengungkapkan, dirinya tak mau menyerah dengan keadaan. Melihat banyak singkong di sekitar rumahnya, dia mencoba membuat makanan olahan.

"Pertimbangan awalnya, banyak tetangga yang menanam singkong dan harganya tidak terlalu mahal, sehingga tak butuh banyak modal," paparnya.

Selama kurang lebih enam bulan, bisa dikatakan dirinya setiap hari berkutat di dapur.

"Mencari formulasi dan komposisi yang pas agar olahan singkong ini tak hanya layak makan, tapi juga layak jual," kata Suryanto.

Pada 2020, kata Suryanto, dirinya mulai percaya diri menjual aneka olahan singkong dengan merek Omah Gethuk. Produknya gethuk, risol gethuk, tape singkong, dan gemblong cotot.

Setelah produknya mulai dijual, Suryanto berinovasi dengan membentuk makanan olahan singkong.

"Soal rasa tentu toppingnya seperti yang kebanyakan, saya inovasi dengan bentuk gemblong cotot yang seperti pastel, serta bentuk-bentuk lain agar ada sensasi berbeda," terangnya.

Satu pak produk Omah Gethuk, dijual dengan harga Rp 10.000.

"Paling ramai tentu saat akhir pekan. Kalau hari biasa tidak menentu. Tapi per hari rata-rata menghabiskan 10 kilogram singkong untuk satu produk," kata Suryanto.

Tak hanya secara konvensional, Suryanto juga menjual produknya melalui e-commerce. Hasilnya, pejualan meningkat hingga 65 persen dari sebelumnya.

"Manfaat lainnya produk kami menjadi lebih dikenal, sehingga banyak yang mengambil untuk reseller. Kalau yang dari kami sendiri, pengiriman sampai Jakarta dan Surabaya," kata ayah dua anak ini.

"Produk kami juga tahan lama, kalau disimpan suhu ruangan bisa satu hari. Sementara kalau di kulkas bisa satu minggu dan kalau di frezzer, bisa jangka waktu satu bulan," kata Suryanto.

Baca juga: Cerita Polisi di Kalbar Rela Motornya Jadi Ganjalan Bus yang Mogok, Diberi Apresiasi Penghargaan

Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang Suratno mengatakan, dari total investasi pada tahun 2023 Rp 3,17 triliun, sebanyak Rp 1,3 triliun di antaranya berasal dari UMKM.

"Ini kan berarti UMKM memiliki kekuatan yang luar biasa, dan jika didorong dengan maksimal bisa lebih berdaya," terangnya.

"Kami siap jemput bola untuk perizinan UMKM yang saat ini masih di kisaran 800-an. Harapannya dengan ada legalitasnya bisa kolaborasi, misal untuk mengurus sertifikasi halal, higienisnya dan juga packaging, sehingga bisa sesuai spesifikasi," kata Suratno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com