Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Begalan dan Cowongan, Tradisi Banyumas yang Masih Lestari

Kompas.com - 04/01/2024, 20:39 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Ada Tradisi Banyumas yang masih lestari hingga saat ini, antara lain begalan dan cowongan.

Begalan dan cowong masih ditampilkan di masyarakat pada waktu-waktu tertentu.

Selain sebagai bagian dari rangkaian tradisi, pertunjukan begalan dan cowong untuk melestarikan warisan leluhur.

Tradisi Banyumas

Begalan

Begalan adalah bagian dari prosesi pernikahan. Begalan berasal dari kata begal, yang artinya perampokan.

Pertunjukan bekalan dimulai dengan munculnya sosok Gunareka dan Rekaguna yang memasuki area pernikahan.

Gunareka membawa umba rampe di dalam pikulan, kemudian dia akan ditantang oleh Rekaguna, pembegal.

Keduanya menerima tantangan dan melakukan tarian peperangan singkat.

Setelahnya, kedua pemeran begalan tersebut akan menyampaikan maksud pertunjukkan dan pesan pernikahan dengan jenaka.

Pertunjukan biasanya diakhir dengan mempersilahkan tamu untuk berebut barang-barang yang dibawa dalam pikulan oleh mempelai laki-laki.

Baca juga: Begalan dalam Tradisi Pernikahan Banyumasan: Asal-usul, Properti, Pelaksanaan dan Makna

Tradisi begalan dilakukan setelah akad nikah atau saat resepsi di tempat calon pengantin perempuan.

Awalnya pertunjukan begalan untuk pernikahan anak pertama dengan anak pertama, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama dengan anak terakhir.

Ada beberapa alat yang dibawa saat pelaksanaan tradisi begalan, yaitu:

1. Pikulan atau wangkring, maknanya adalah suami istri harus menopang segala kebutuhan dan beban dengan ikhlas dengan kekuatan diri bukan kekuatan orang lain.

2. Ilir (kipas), maknanya adalah sumber angin untuk mendinginkan nasi dan menyalakan tungku. Maksudnya adalah nasihat untuk mendinginkan suasana dan tidak memanas-manasi orang lain.

3. Siwur, maknanya adalah supaya kehidupan rumah tangga tidak dijalani dengan ngawur atau asal-asalan agar dapat hidup berdampingan dengan lingkungannya.

Warga berebut perlengkapan rumah tangga dalam prosesi begalan Kaesang dan Erina di Loji Gandrung Solo, Minggu (11/12/2022).
KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Warga berebut perlengkapan rumah tangga dalam prosesi begalan Kaesang dan Erina di Loji Gandrung Solo, Minggu (11/12/2022).

4. Irig atau saringan, maknanya adalah mempelai harus dapat menyaring dan hati-hati dalam menjalani hidup.

5. Kukusan mempunyai filosofi sedulur papat limo pancer mengenai kesadaran spiritual. Mempelai harus menyikapi panasnya gejolak hidup dengan sabar dan mengambil sisi baik untuk mendapatkan kenikmatan hidup.

6. Kekeb atau tembikar penutup penanak nasi, maknanya adalah pasangan harus menutupi aib satu sama lain.

7. Pedaringan atau kendil, maknanya menyimpan pesan bagi istri untuk menyimpan dan memanfaatkan rezeki yang diberikan suami. Istri juga dapat memisahkan kebutuhan dan keinginan.

8. Layah atau ciri, maknanya adalah tempat bercampurnya berbagai rasa layaknya omongan orang tentang pasangan yang pedas bagai sambal yang bisa diwadahi dengan baik maka akan terasa enak.

9. Muthu atau ulekan, maknanya supaya mempelai dapat memecahkan segala masalah sehingga dapat mencapai kenikmatan hidup.

10. Irus, maknanya adalah orang yang berumah tangga harus siap mengolah rasa supaya dapat menjadi pelajaran untuk menumbuhkan kedewasaan.

11. Padi, maknanya berupa kemakmuran dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta sifatnya semakin tinggi semakin merunduk.

Baca juga: Mengenal Tradisi Cowongan, Ritual Meminta Hujan di Banyumas: Dari Asal-usul hingga Pelaksanaan

12. Palawija yang terdiri pala gumantung dan pala kependhem yang maknanya supaya tidak menggantungkan hidup kepada orang lain dan harus dapat memendam rasa sakit hati dan tidak menyiman dendam.

Cowongan

Tradisi Cowongan, ritual meminta hujan di musim kemarau panjang di Banyumas dan sekitarnya.  kikomunal-indonesia.dgip.go.id Tradisi Cowongan, ritual meminta hujan di musim kemarau panjang di Banyumas dan sekitarnya.

Cowongan awalnya adalah salah satu ritual meminta hujan saat kemarau panjang yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas, Cilacap, dan sekitarnya.

Ritual dilakukan ditempat yang dkeramatkan oleh penduduk dan bersama-sama memohon kepada Sang Pencipta untuk menurunkan hujan.

Konon dahulu saat kemarau panjang, ada sepasang suami istri yang sangat tua bernama Ki Jayaraga dan Nyi Jayaraga.

Mereka melakukan tirakat selama 40 hari 40 malam untuk meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa supaya hujan segera turun.

Setelah tirakat selesai, mereka mendapatkan wangsit untuk segera mmengambil siwur yang terbuat dari batok kelapa dari rumah warga yang di dalamnya terdapat tiga orang janda.

Baru satu malam, siwur tersebut berbicara kepada Nyai Jayaraga untuk didandani seperti seorang wanita dan minta dipanggil Nini Cowong.

Nini Cowong kemudian meminta Ki Jayaraga dan istrinya untuk menggoyang-goyangkannya sambil menyanyi lagu Siwur Tukung.

Setelah satu lagu selesai, terdengar bunyi petir yang sangat keras dan hujan turun dengan lebat selama tujuh hari tujuh malam.

Cowongan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, terutama saat kemarau panjang.

Tradisi cowongan hingga saat ini masih berjalan terutama di bulan suro atau tahun baru hijriah sebagai bentuk pelestarian peninggalan leluhur.

Tradisi cowongan dilestarikan supaya tidak tergerus perkembangan zaman. 

Sumber:

infowisata.purbalinggakab.go.id

 

www.djkn.kemenkeu.go.id

buayan.kec-buayan.kebumenkab.go.id

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

8 Alat Musik Tradisional Sumatera Barat dan Cara Memainkannya

Regional
Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Trauma, Gadis Pemohon KTP Korban Pelecehan Seksual di Nunukan Menangis Saat Diperiksa

Regional
PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

PKB-Gerindra Jajaki Koalisi untuk Pilkada Jateng, Gus Yusuf: Cinta Lama Bersemi Kembali

Regional
Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Sempat Jadi Bupati Karanganyar Selama 26 Hari, Rober Christanto Maju Lagi di Pilkada

Regional
Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Antisipasi Banjir, Mbak Ita Instruksikan Pembersihan dan Pembongkaran PJM Tanpa Izin di Wolter Monginsidi

Regional
Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Soal Wacana DPA Dihidupkan Kembali, Mahfud MD Sebut Berlebihan

Regional
Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Baliho Bakal Cawalkot Solo Mulai Bermunculan, Bawaslu: Belum Melanggar

Regional
Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Ayah di Mataram Lecehkan Anak Kandung 12 Tahun, Berdalih Mabuk sehingga Tak Sadar

Regional
Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Jembatan Penghubung Desa di Kepulauan Meranti Ambruk

Regional
Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Universitas Andalas Buka Seleksi Mandiri, Bisa lewat Jalur Tahfiz atau Difabel

Regional
Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Pemkab Bandung Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut dari BPK RI

Regional
Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Berikan Pelayanan Publik Prima, Pemkab HST Terima Apresiasi dari Gubernur Kalsel

Regional
Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Penculik Balita di Bima Ditangkap di Dompu, Korban dalam Kondisi Selamat

Regional
Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Candi Ngawen di Magelang: Arsitektur, Relief, dan Wisata

Regional
Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Pria di Magelang Perkosa Adik Ipar, Korban Diancam jika Lapor

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com