Ganjar mengaku sempat mendengarkan cerita dari salah satu korban.
Menurut dia, korban pada saat kejadian dugaan penganiayaan sedang berhenti di lampu merah. Korban kemudian dipukul.
"Kalau ada penjelasan lainnya rasa-rasanya harus ada pengadilan untuk itu. Biar penjelasannya tidak teng blasur (ke mana-mana)," kata dia.
"Yang kedua juga kita tidak tahu ceritanya seperti apa. Tapi yang pertama tadi menceritakan dia ditarik ke dalam lalu dipukuli mereka yang berseragam," sambung dia.
Baca juga: 15 Oknum TNI Diduga Aniaya Relawan Ganjar-Mahfud, Dandim Pastikan Tak Ada Motif Politik
Menurut Ganjar, apabila ada pelanggaran hukum ada aparat yang menangani. Tidak ada yang main hakim sendiri.
Oleh karena itu, kata Ganjar kejadian ini akan terus dia kawal. Dirinya mengatakan sudah berkomunikasi dengan Panglima TNI, KASAD dan Pangdam IV/Diponegoro.
"Saya kira ini peringatakan untuk siapapun ya. Kalau ada yang melanggar kasih pada aparat yang menangani. Tidak ada cerita main hakim sendiri. Cerita rakyat yang harusnya bisa diingatkan siapapun tidak boleh mengatasnamakan apapun semena-mena. Kami akan urus itu. Kami komunikasi di Jakarta sudah bicara dengan Pak Panglima TNI, dengan KASAD, di Jateng bicara dengan Pak Pangdam sambutannya baik agar bisa dikomunikasikan terus menerus mengenai perkembangannya. Dan kami akan ikuti terus," kata Ganjar.
Diketahui, sebelum Ganjar tiba, puluhan warga Boyolali terlebih dahulu tiba di rumah sakit untuk menjenguk relawan korban dugaan penganiayaan oknum anggota TNI. Mereka membawa buket bunga untuk korban.
Baca juga: 15 Oknum Anggota TNI Diduga Aniaya Relawan Ganjar-Mahfud Diperiksa Denpom Surakarta
Perwakilan warga Victor Adi Saputra mengatakan aksinya menjenguk korban dengan membawa buket adalah bentuk solidaritas. Ia mengaku prihatin atas kejadian tersebut.
"Kita ada solidaritas menjenguk temen kita atau saudara kita yang terkena musibah kemarin waktu Pak Ganjar launching KTP sakti dipukuli beberapa aparat. (Kejadian) seperti ini sangat memprihatinkan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.