Ia mengatakan bahwa Pemkab Sumenep di bawah kepemimpinan Bupati Fauzi telah mencanangkan sejumlah program strategis pada sektor pertanian dan pariwisata sejak 2020
Salah satu inisiatif tersebut adalah pengembangan pilot project demplot di Kepulauan Masalembu untuk produksi padi, yang sebelumnya belum pernah ada.
Said berharap, keberhasilan program itu dapat memperkuat suplai beras di kawasan tersebut, yang sebelumnya bergantung pada kiriman dari Madura.
“Kami apresiasi upaya Bupati Fauzi melalui Dinas Pertanian untuk mendorong petani mandiri benih (menyediakan benih secara mandiri). Selain itu, ada juga pengembangan program pangan olahan dari bawang merah, cabai, dan kelor,” jelasnya.
Baca juga: Tak Hanya Cabai, Harga Bawang Merah dan Sayuran di Pasar Grogol Ikut Melonjak
Tak hanya itu, kata dia, pengembangan program wisata tani dan alat produksi pertanian di Kecamatan Gending juga patut diapresiasi. Hal ini termasuk pada pengembangan varietas unggul lokal cabai jamu, penerapan teknologi panen dan irigasi hemat air, serta pembangunan pertanian berbasis teknologi informasi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat bahwa dari total 229.966 petani di Sumenep, sebanyak 189.949 petani dikategorikan sebagai petani gurem--petani kecil yang biasanya memiliki lahan kurang dari 0,25 ha. Jumlah petani ini mewakili 20,9 persen dari keseluruhan populasi penduduk di Sumenep.
“Keberadaan mereka memiliki dampak yang signifikan dan menjadi target yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan warga,” ujar Said.
Baca juga: APBN 2024 Dukung Kesejahteraan Anak, dari Layanan Kesehatan hingga Inklusi Digital
Oleh karena itu, lanjut dia, agenda untuk melakukan transformasi sektor pertanian menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan para petani.
Menurut Said, upaya yang telah dilakukan oleh Bupati Fauzi terhadap sektor pertanian patut mendapatkan dukungan. Namun, terdapat aspek penting yang perlu ditangani secara lebih struktural, yaitu peningkatan kapasitas produksi para petani.
“Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi oleh petani subsisten adalah kepemilikan lahan yang cenderung kurang dari 2 hektar (ha) per rumah tangga petani, dan juga kendala dalam meningkatkan luasan lahan melalui usaha bersama,” tutur Said.
Ia menilai, kebijakan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) yang mengusung redistribusi lahan sejatinya dapat memberikan solusi terhadap masalah fundamental para petani. Namun, di tingkat pelaksanaan, program tersebut tampaknya belum berjalan dengan optimal.
Baca juga: 358.719 Hektar Kawasan Hutan Baru Disertifikatkan Lewat Redistribusi Tanah
“Saya kira Bupati Fauzi dapat mengambil inisiatif bersama seluruh instansi pusat untuk memperkuat dan mendukung program pembagian lahan kepada para petani,” ucapnya.
Menurut Said, kapasitas produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan memberikan akses kepada para petani untuk memiliki lahan yang lebih luas.
Hal tersebut, kata dia, tidak hanya akan memperkuat kemandirian pangan, tetapi juga mendukung pengembangan inovasi dan penerapan teknologi baru dalam produksi pertanian.
“Meskipun berbagai usaha itu telah dilakukan oleh Pemkab Sumenep sebagaimana yang telah dicanangkan sebelumnya, tetapi kunci yang masih kurang adalah akses yang lebih luas terhadap lahan,” imbuh Said.
Baca juga: Bupati Malinau Rencanakan Kembangkan Lahan 5.000 Hektar di Mentarang untuk Pendukung Investasi
Ia optimis pemberian akses lahan yang lebih luas kepada petani secara bersama-sama dan menggabungkannya dengan inovasi-inovasi yang telah dicanangkan dapat mengubah struktur pertanian secara signifikan di Sumenep.
“Dengan cara tersebut, kita dapat melawan kemiskinan di kawasan pedesaan melalui peningkatan kapasitas petani melalui penerapan teknologi dan inovasi produk, serta memperluas akses mereka terhadap lahan pertanian,” ucap Said.
Pada sektor hilir, lanjut dia, pemerintah dapat menggunakan pendekatan Keynesian untuk mengatur struktur perdagangan sektor pertanian secara lebih adil.
Hal tersebut, dapat dilakukan dengan memberi nilai tukar yang lebih menguntungkan bagi petani tanpa menimbulkan beban harga berlebihan bagi konsumen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.