Karena hal itulah, warga menyangka Fitriani sudah tinggal bersama pria lain.
Subagyo menjelaskan, di suatu kesempatan, istrinya, yang merupakan kakak kandung SH, sempat bertanya kepada pelaku tentang keberadaan Fitriani.
"Tapi dijawab SH bahwa Fitriani keluar kota-lah, ke Surabaya-lah,” ungkapnya.
Setelah dikabarkan berpisah dengan suaminya, Fitriani beberapa kali terlihat mengunjungi rumah SH untuk bertemua dua anaknya.
Ketika bertemu lagi di rumah, SH dan korban terlibat cekcok mulut.
Di tengah-tengah cekcok itu, SH memukul kepala korban menggunakan kayu. Seketika korban terjatuh di lantai.
SH lalu mengangkat tubuh korban ke kamar agar tidak ketahuan anak-anaknya.
Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai dua anak laki-laki usia 7 tahun dan 4 tahun. SH kemudian menutup pintu depan dan belakang rumah sambil melihat situasi sekitar.
Saat dirasa aman, SH melepas baju istrinya yang sudah tak bernyawa. Ia juga membersihkan darah di jasad sang istri dan membungkusnya dengan selimut.
"Setelah itu, pelaku menggali lubang dengan kedalaman sekitar satu meter di kamar untuk mengubur korban," ujar AKBP Danang Setiyo PS.
SH menggali lubang untuk mengubur korban mulai siang sekitar pukul 12.00 WIB sampai menjelang maghrib.
Setelah maghrib, SH baru memasukkan jasad korban ke lubang di kamar rumah.
"Korban dimasukkan ke lubang dengan posisi duduk, lalu diuruk dan pintu dikunci," katanya.
Setahun kemudian, SH baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur jasad korban.
"Pengakuan pelaku, pelaku baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur korban setahun kemudian setelah kejadian (pembunuhan)," ujarnya.
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Fitriani oleh Suaminya di Blitar, Kerangka Korban Dicor di Lantai Rumah