KOMPAS.com - Direktur Institute for Essentials Service Reform (IESR) yakni lembaga think-tank yang aktif mengampanyekan energi terbarukan dan lingkungan, Fabby Tumiwa, mengajak masyarakat bijak memilih capres-cawapres yang memiliki rekam jejak kinerja yang baik.
Tak terkecuali soal isu lingkungan dan perubahan iklim.
"Pilihlah capres yang pengusungnya paling sedikit dari konglomerat energi fosil (batu bara), yang kedua yang punya komitmen jelas soal perubahan iklim, bukan ngomong doang tapi yang sudah punya bukti nyata, berupa komitmen yang berkelanjutan ketika dia jadi pemimpin," tegas Fabby, Kamis (9/11/2023).
Sebab, pengusaha batu bara turut memperpanjang usia pemakaian energi fosil oleh PLTU batu bara hingga diperkirakan usia ekonomis habis pada tahun 2057.
Padahal, Presiden Jokowi mematok target komitmen berhenti menggunakan batu bara pada 2050 mendatang.
Baca juga: Polisi Gadungan yang Ugal-ugalan di Kota Semarang Minta Maaf
Sedangkan penerus Jokowi mestinya bisa mengikuti atau bahkan harus lebih ambisius untuk melakukan transisi energi baru.
"Isu lingkungan itu isu yang menarik, karena hampir semua capres di visi misinya bicara lingkungan walaupun dengan mendefinisikan berbeda-beda," katanya.
Bersamaan dengan itu, pihaknya menyebut adanya survei mengatakan anak muda memiliki perhatian dengan isu ini meski belum memahami solusinya.
"Hanya sekarang menerjemahkan isu itu menjadi agenda politik yang menurut saya masih belum kedengaran," lanjutnya.
Untuk itu, menurutnya para masyarakat pemilih pada kontestasi pemilu nanti harus memahami rekam jejak setiap pasangan calon (paslon) capres-cawapres.
"Capres jual gagasan jual harapan, apakah itu terealisasi atau enggak, ya namanya kampanye kita dirayu supaya milih dia. Penting untuk memahami latar belakang dan track record, karena rekam jejak itu tidak bohong, itu apa yang sudah dia lakukan," tegasnya.
Baca juga: Imbas Penurunan Tanah, Pemkot Semarang Larang Mal dan Hotel Gunakan Air Tanah
Fabby menambahkan, saat ini masyarakat bisa menelusuri berbagai konflik yang terjadi dan dihadapi masing-masing paslon di masa lalu.
Sehingga hal itu bisa menjadi bahan pertimbangan.
"Jadi urusan keberpihakan, urusan motivasi, itu rerekam. Ketika dia menjadi gubernur apa yang dia lakukan, terus yang dilakukan tiu bener atau enggak, sesuai enggak sama perkataan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.