REMBANG, KOMPAS.com - Gas berapi muncul dari pipa sumur bor air cukup menggegerkan warga Desa Pamotan, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Pemilik sumur bor, Abu Rosidin merasa bingung dengan kemunculan gas berapi yang diduga disebabkan oleh pengeboran sumur sedalam 50 meter.
Semua bermula saat dirinya sedang membutuhkan air bersih karena terdampak kemarau panjang. Dirinya kemudian memutuskan untuk mengebor tanah sedalam 50 meter untuk mencari mata air.
Baca juga: Semua Pengungsi Keracunan Gas Diduga dari PT Medco Pulang ke Desa
"Setelah keluar air masih keruh, jadi saya tunggu. Sambil membuang air yang keruh, saya merokok. Setelah saya nyalakan dengan korek api, ternyata keluar apinya. Saya sendiri bingung," ucap dia saat ditemui wartawan, Rabu (4/10/2023).
Untuk mematikan api yang muncul dari gas tersebut, dirinya membasahi kain handuk kemudian ditutupkan ke lubang pipa.
"Jadi kalau kita tutup sudah mati, berarti gas ini enggak berbahaya lah istilahnya," kata dia.
Untuk mencegah hal yang berbahaya, sekitar lokasi gas berapi kemudian dipasang garis polisi.
Selain itu, pihaknya berharap agar pemerintah setempat ataupun instansi terkait segera menindaklanjuti adanya gas berapi tersebut.
Apabila memang tekanan gas yang terkandung di dalamnya cukup besar, maka dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti gas LPG.
"Kayaknya gas ini bisa dimanfaatkan untuk memasak, kita salurkan ke masyarakat tapi harus ada campur tangan dari pemerintah dan Pertamina," terang dia.
Sementara itu, Kasi Energi Kantor Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Provinsi Jawa Tengah, Sinung Sugeng Arianto mengungkapkan gas berapi tersebut diduga keluar dari dalam bumi.
"Ini merupakan gas thermogenic. Jadi awalnya gas tersebut berada di lapisan bawah naik ke atas kemudian ketundung lapisan atasnya. Nah lapisan atas tersebut dibor air tanah," ucap Sinung saat ditemui Kompas.com, di kantornya, Blora, Jawa Tengah, Kamis (5/10/2023).
Baca juga: DLH Investigasi Kebocoran Gas yang Menyebabkan 678 Warga Mengungsi di Aceh Timur
Menurutnya, gas berapi tersebut tidak berbahaya dan penggunaannya seperti menghidupkan kompor gas.
"Ya kayak menghidupkan kompor gas saja itu. Cuma gas ini jadi masalah ketika pertama apakah ada campuran gas-gas lain. Tapi biasanya kalau dibakar itu bisa mengurangi gas beracun," terang dia.
Lebih lanjut, dirinya juga menyebut gas itu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Kalau Pertamina mengikhlaskan untuk dimanfaatkan masyarakat, ya bisa dimanfaatkan. Kalau itu mungkin bisa dipakai untuk 2 sampai 3 rumah tangga, lumayan bebas LPG itu," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.