Sebanyak 88 warga negara China itu telah berada di Batam selama satu tahun terakhir dengan mengantongi visa pengunjung.
Pihak kepolisian menduga bahwa mereka memilih Batam karena merupakan lokasi strategis untuk melarikan diri jika skema mereka terbongkar.
“Karena Kepulauan Riau itu 96% itu adalah berbentuk daerah lautan atau perairan. Yang kedua, 4% itu baru darat, mereka mempermudah, mereka sengaja lebih senang di wilayah perairan ini untuk mempermudah mereka apabila mereka akan kabur, itu pertimbangannya,” ungkapnya.
Baca juga: Polri Tangkap 88 WN China Pelaku Love Scam di Batam
Aksi penipuan online love scamming atau yang disebut dengan "jagal babi" diawali dengan pesan ramah dari orang asing di jagat maya. Namun, sosok memikat tersebut adalah penipu yang sejatinya korban perdagangan manusia.
Mereka dipaksa melakoni aksi penipuan dari barak-barak mirip penjara di berbagai lokasi di Asia Tenggara.
Dalam sejumlah kasus, para penipu bahkan menggunakan perangkat lunak yang bisa menampilkan wajah palsu (deep fake) ketika melakukan panggilan video dengan targetnya
Berpura-pura menjadi orang yang ada di dalam profil yang sudah diciptakan, membuat penipuan ini semakin meyakinkan.
Love scamming pertama kali menargetkan perorangan di China sekitar 2017. Sejak saat itu operasinya makin mendunia dengan temuan korban di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Baca juga: Hendak Setor Rp 200 Juta ke Bank, Bos Toko Sembako di Batam Dirampok Karyawannya
Pihak berwenang di China telah menindak skema siber melalui pembatasan online, tapi operasi penipuan ini telah bermunculan di seluruh Asia Tenggara, terutama Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Filipina.
Baru-baru ini, jaringannya berkembang di luar Asia, merambah ke Uni Emirat Arab dan Georgia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.