Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedigdayaan Bendung Air Manjunto Membangun Ekonomi Petani Bengkulu

Kompas.com - 04/09/2023, 08:57 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

 

BENGKULU, KOMPAS.com - Romi Iskandar, Ketua Kelompok Tani Juragan Sakti 2, Desa Arah Tiga, Kecamatan Lubuk Pinang, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tersenyum puas menatap hamparan ratusan hektar sawah yang menguning.

Mesin Combine pemanen padi hilir mudik di tengah petak-petak sawah, memetik padi yang telah matang makin mengundang rasa suka cita Romi menyambut panen musim ini.

"Panen kali ini memang agak menurun karena kesulitan pupuk dan serangan hama. Namun hasilnya masih bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga termasuk sekolah ank-anak," kata Romi Iskandar saat ditemui di lokasi persawahan, Sabtu (2/9/2023).

Baca juga: Debit Air Waduk Malahayu Brebes Kritis, Pengairan 12.000 Hektar Sawah Terancam

Romi Iskandar mengucapkan, selagi air terus mengalir ke sawah maka hasil panen pasti mencukupi bahkan berlimpah untuk petani.

Rerata produksi padi di daerahnya mencapai 11,5 ton per hektar, jumlah yang luar biasa bila disesuaikan dengan harga gabah saat ini Rp 6.100 per kilogram.

"Meski hasil agak turun dibanding panen musim lalu, namun harga gabah lumayan bagus saat ini Rp 6.100 per kilogram. Sudah bisa membuat petani padi tersenyum," ujar Romi tertawa.

Baca juga: Bendung Tak Bisa Tampung Air, Ratusan Hektar Lahan Sawah di Sikka Terbengkalai

Romi menyatakan, rata-rata petani di daerah itu memiliki luas sawah 0,5 hektar, luasan itu sudah cukup untuk menghidupi satu keluarga dengan asumsi empat orang.

Sementara bila memiliki satu hektar sawah maka menurutnya sudah mampu untuk menghidupi empat orang anggota keluarga dan menguliahkan satu orang anak.

"Kalau memiliki satu hektar sawah itu cukup untuk menghidupi empat anggota keluarga serta menguliahkan satu orang anak ke kota," tambah Romi.

Di Kabupaten Mukomuko, khusus sawah yang telah teraliri air maka petani mampu memproduksi padi sebanyak tiga kali panen.

Air melimpah mengaliri ribuan hektar sawah di Kabupaten Mukomuko tak lepas dari peran vital Bendung Air Manjunto yang dibangun pada 1983 dan diresmikan Presiden Soeharto. 

Produksi Gabah

Meski hampir 40 tahun beroperasi memakmurkan ribuan petani, namun optimalisasi bendung belum maksimal. Dari total 9.493 hektar lahan potensial, baru 4.116 hektare sawah teraliri.

Potensi produksi gabah bila bendungan dimaksimalkan mencapai 336.000 ton gabah per tahun, cukup untuk makan masyarakat di beberapa kabupaten di Bengkulu.

Sementara saat ini hanya mampu menghasilkan 68.176,30 ton gabah per tahun menurut versi Dinas Pertanian setempat.

Bendung Air Manjunto, jantung perekonomian Kabupaten Mukomuko membentang di lima kecamatan, mengairi 27 desa mengaliri 4.116 hektare sawah, serta memakmurkan ribuan keluarga petani.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, M Rizon mengatakan, produksi gabah di Mukomuko mencapai 68.176,30 ton per tahun. Jumlah tersebut dihasilkan dari sawah yang teraliri air.

"Kendala memaksimalkan hasil panen di antaranya sumber air yang jauh dari lahan sehingga banyak lahan sawah tidak produktif. Diperlukan sarana dan prasarana pendukung termasuk saluran tersier air dari Bendung Air Manjunto ke sawah yang belum produkltif. Bila ini dilakukan, produksi gabah bisa naik dua kali lipat mencapai 336.000 ton per tahun," ujar M Rizon

Potensi Sawah Ditanam Sawit

M Rizon memaparkan, akibat belum sampainya saluran sekunder dan primer Bendung Air Manjunto ke lahan potensial sawah, petani menjadikannya perkebunan sawit dan lahan tidur.

Ia berkeyakinan, bila saluran irigasi sampai ke lahan petani, maka banyak petani yang bersedia mengganti sawit menjadi sawah.

Menurut M Rizon, produktivitas sawah dibanding sawit jauh lebih menguntungkan. Satu hektar sawah bisa menghasilkan 11,5 ton padi, sementara sawit per hektar maksimal menghasilkan 3 ton.

"Harga gabah itu nyaris stabil. Jadi petani padi itu aman berbeda dengan harga sawit yang fluktuatif. Saat ini harga gabah memihak petani Rp 6.100 per kilogram petani sawah makin diuntungkan," ungkapnya.

Kabupaten Mukomuko menyadari ancaman ekspansi sawit ke lahan sawah begitu massif. Maka pemerintah setempat mengeluarkan Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Alih Fungsi dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Perda ini mengatur larangan alih fungsi lahan potensi sawah menjadi perkebun sawit. Sayangnya Perda belum maksimal karena kebutuhan akan jaminan air untuk sawah belum maksimal.

"Larangan alih fungsi sawah ke sawit sudah ada, namun Perda ini harus dikuatkan dengan jaminan air sehingga petani bisa taat. Petani kan butuh kepastian, jadi kalau mereka punya lahan potensi sawah namun tidak ada jaminan air maka mereka nekat tanam sawit," jelas M Rizon.

Nodo, Kades Rawa Mulya, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko, menguatkan pernyataan M Rizon.

Menurutnya, bila ada jaminan ketersediaan air untuk persawahan maka petani siap mengganti lahan yang terlanjur ditanami sawit menjadi sawah.

"Di desa saya saat ini ada sekitar 10 hektar lahan sawit dikembalikan fungsinya menjadi sawah karena saat ini saluran tersier telah dibangun. Saya optimistis kalau saluran bendung baik sekunder dan tersier sampai ke lahan petani lebih memilih sawah ketimbang sawit," demikian Nodo.

Optimalisasi Bendung

Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Wilayah VII (BWSS VII) Adi Umar Dani, saat dikonfirmasi menyatakan, pihaknya terus berupaya mengoptimalisasi fungsi Bendung Air Manjunto di Kabupaten Mukomuko.

Masih banyak kebutuhan saluran tersier dikarenakan dari 9.493 ha luas potensial sawah, masih 4.498 ha yang sudah fungsional (terlayani dengan saluran tersier). Sementara sisanya 4.995 ha, belum terlayani irigasi dari Bendung Air Manjuto.

Di lain sisi, kebutuhan air di tingkat petani untuk lahan sawah tadah hujan, lahan tidur, dan lahan eks sawit yang sudah dicetak sawahnya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan.

Ia juga mengatakan saat ini, sudah ada pengolahan gabah skala industri yang tadinya gabah di Mukomuko seringkali dibeli oleh tengkulak dari ladang yang menyebabkan anjloknya harga gabah.

Namun dengan keterbatasan saluran tersier untuk dalam rangka meningkatkan produktivitas pangan, tidak berjalan beriring dengan perbaikan harga gabah.

Petani pemilik lahan banyak yang telah menunggu lahannya untuk diairi sejak Bendung Air Manjuto dibangun tahun 1986.

Namun sampai sekarang belum mendapatkan air dikarekanakan keterbatasan saluran tersier (belum fungsional) padahal di tingkat sekunder sudah terbangun dengan baik. 

"Petani juga sudah jenuh menunggu, sehingga beberapa petani “mengancam” untuk menanami lahannya dengan sawit. Namun di lain sisi, para petani menjamin apabila air masuk dengan saluran tersier mereka rela untuk menebang pohon sawitnya dan mengembalikan fungsi menjadi sawah," jelasnya.

Kendala juga ditemukan. Misalnya pada irigasi kanan Manjuto, terdapat kerusakan saluran yang cukup masif dikarenakan longsor.

Hal ini juga menyebabkan debit yang dialirkan tidak maksimal menyebabkan kekurangan air di lahan petani.

Ditambahkannya, BWS Sumatera VII mempunyai program untuk pembangunan jaringan tersier untuk 2.000 ha dengan usulan anggaran sebesar Rp 45 miliar.

Namun secara keseluruhan untuk menuntaskan jaringan tersier pada Bendung Air Manjuto 4.995 ha dibutuhkan anggaran sebesar Rp 112 miliar.

"Tingginya desakan petani akan kebutuhan air untuk lahan sawah sehingga kami melakukan kajian dan perhitungan kita memerlukan support Rp 112 miliar agar kebutuhan petani bisa terpenuhi," demikian Adi Umar Dani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Regional
Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Regional
Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Deny Indrayana kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Deny Indrayana kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Regional
Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Regional
Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Regional
Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Kesaksian Tagana Lubuklinggau, Bukan soal Uang tapi Selamatkan Orang

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Bupati Solok Selatan Diperiksa 2 Jam

Regional
ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

Regional
Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Regional
Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Regional
Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Regional
Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com