Dalam kesehariannya IC rutin mengikuti sekolah paket yang disediakan khusus bagi warga binaan.
Selain itu juga ada kegiatan olahraga dan penguatan nilai-nilai keagamaan.
"Ada pustaka juga, saya banyak belajar di sana, memperbanyak hapalan ayat-ayat," ungkap IC yang masih sering dijenguk keluarganya.
Saat ini penghuni LPKA Pangkalpinang tercatat sebanyak 33 orang. Paling dominan berlatarbelakang kasus asusila. Kemudian ada kasus narkoba dan kasus penganiayaan atau pengeroyokan.
Plt LPKA Pangkalpinang Andi Yudho Sutijono mengatakan, jumlah warga binaan masih sangat terkendali dari maksimal daya tampung sebanyak 50 orang.
"LPKA adalah yang terakhir, karena sebelum itu ada upaya mediasi atau restorative justice," kata Yudho.
Pembinaan di LPKA sendiri kata Yudho memang tidak disamakan dengan lembaga pemasyarakatan biasa.
Di LPKA lebih banyak berupa bimbingan kerohanian dan psikologi. Untuk itu warga binaan tidak dikenalkan dengan isolasi atau pemisahan ruangan khusus.
"Semua sama ruangan tidur, belajar sesuai kelas masing-masing. Kegiatan olahraga dan peralatan disediakan," ujar Yudho.
Petugas juga memfasilitasi latihan keterampilan, terutama untuk program asimilasi atau mereka yang sebentar lagi menyelesaikan masa pembinaan.
Keterampilan yang diberikan antara lain pembuatan lampu hias, pembuatan papan nomor rumah, kursus pangkas rambut dan pembuatan meubeler bekerja sama dengan BLKI Bangka Belitung.
Bangunan LPKA Pangkalpinang termasuk situs bersejarah yang dibangun sejak masa kolonial Belanda.
Sebelum LPKA resmi dibentuk, bangunan yang berhadapan dengan Mapolresta Pangkalpinang itu difungsikan sebagai tempat penyimpanan barang sitaan negara.
Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, bangunan LPKA diperkirakan dibangun pada 1913.
Pembangunan dilakukan Belanda seiring berpindahnya pusat keresidenan Bangka dari Mentok, Bangka Barat, ke Pangkalpinang.
"Slandsgevangenis atau penjara negara. Sering disebut tangsi dalam bahasa Tionghoa," ujar Elvian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.